Bukan, ini bukan tentang mahakarya sastra buatan Sapardi Djoko Damono yang termahsyur itu. Apalagi berusaha untuk menafsirkannya.
Siapalah hamba?
Mencari arti dan makna hidup dalam beberapa bulan belakangan ini saja hamba sudah tidak sanggup. Apalagi mencoba mencari arti dan makna dalam tiap susunan aksara yang tersurat, maupun tersirat, dibalik puisi beliau.
Hamba yang terjatuh. Mencoba merangkak kembali dari bawah, perlahan, demi menggapai apa yang perlu digapai. Menyelesaikan apa yang perlu diselesaikan.
Hamba yang putus asa. Hampir menyerah. Ketika terlalu banyak berharap menjadi sebegitu menyakitkan. Ketika mimpi justru menjadi peluru yang membunuh.
Hamba yang tersesat. Kesana-kemari mencari jawaban, tidak tahu arah. Tak ada pilihan, hanya mengikuti kemana telapak kaki membawa pergi.
Hamba yang menyusahkan. Menjadi beban pikiran serta penderitaan.
Hamba yang dihakimi. Berbicara seolah-olah mereka tahu banyak. Padahal peduli sedikitpun tidak.
Entahlah. Tahu apa hamba soal hidup dan segala jawaban atas persoalan di dalamnya?
Tentang kekecewaan dan sakit hati.
Tentang menyerah dan patah hati.
Tentang bersabar walau berat hati.
Oh, mungkin ini yang dimaksud dengan hujan di bulan Juni. Beberapa tetes rintik air yang mengalir pelan di pinggir mata sekarang ini.
(Tulisan ini dibuat di awal bulan Juni dan akhirnya di-posting sekarang!)