Lupa diri itu aku.
Ketika namamu yang lebih banyak terucap keluar lewat bibir ini,
dibanding nama Tuhanku.
Tidak adil, saat bahagia datang dalam wujud kamu, aku lupa Tuhan.
Saat bahagia itu sirna,
baru aku meraung pada-Nya.
Kadang aku bertanya, seberapa istimewa dirimu?
Bahkan dalam tiap kali menyapa Tuhanku pun terselip namamu.
Tuhanku sudah memikirkan kamu, saat Dia mulai menciptakan aku.
Terlihat saat Dia mengerjakan tulang rusukku.
Tuhan sudah mempersiapkan namamu jauh sebelum kau lahir ke dunia ini.
Terlihat dari cara Dia memberi nama belakangku.
Mungkin Tuhan bosan mendengar namamu, maka kita berpisah.
Tapi aku yakin, Dia sudah ada nama baru untuk doaku esok hari.
Bukannya aku tidak menghargai kamu.
Tapi Tuhanku jauh lebih mengerti aku dibanding kamu.
Aku paham betul itu!
Mungkin aku bisa lari bersembunyi dari perasaanku.
Tapi tidak dari Tuhanku.
Dan aku bersyukur pada Tuhanku, tiap kali aku mengingat kamu.
Ketika namamu yang lebih banyak terucap keluar lewat bibir ini,
dibanding nama Tuhanku.
Tidak adil, saat bahagia datang dalam wujud kamu, aku lupa Tuhan.
Saat bahagia itu sirna,
baru aku meraung pada-Nya.
Kadang aku bertanya, seberapa istimewa dirimu?
Bahkan dalam tiap kali menyapa Tuhanku pun terselip namamu.
Tuhanku sudah memikirkan kamu, saat Dia mulai menciptakan aku.
Terlihat saat Dia mengerjakan tulang rusukku.
Tuhan sudah mempersiapkan namamu jauh sebelum kau lahir ke dunia ini.
Terlihat dari cara Dia memberi nama belakangku.
Mungkin Tuhan bosan mendengar namamu, maka kita berpisah.
Tapi aku yakin, Dia sudah ada nama baru untuk doaku esok hari.
Bukannya aku tidak menghargai kamu.
Tapi Tuhanku jauh lebih mengerti aku dibanding kamu.
Aku paham betul itu!
Mungkin aku bisa lari bersembunyi dari perasaanku.
Tapi tidak dari Tuhanku.
Dan aku bersyukur pada Tuhanku, tiap kali aku mengingat kamu.
No comments:
Post a Comment