Halo, Pa.
Apa kabar di atas sana? Kami di bawah sini baik-baik saja. Walaupun kadang masih belum terbiasa. Masih terlalu cepat rasanya. Terlalu sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata, terlebih untuk diterima.
Oh iya, tau kan besok hari apa? Iya. SUPERSEMAR. Bukan, bukan tentang perpindahan kekuasaan politik apalah itu.
Tapi, Suasana Pernikahan Sebelas Maret.
Iya, kalimat itu yang tertulis di balik undangan pernikahan kita waktu itu, delapan tahun yang lalu.
Kamu masih ingat, kan?
Tapi justru bukannya merayakan hari jadi pernikahan kita besok, kami –iya, aku dan anak-anak, malah merayakan hari peringatan yang lain hari ini.
Ya, tepat sebulan yang lalu kamu pergi.
Kabar aku –yabegitulah, aku yakin kamu pasti mengerti. Dibilang baik, tapi dalam hati sebenarnya enggak. Dibilang enggak, tapi aku harus baik-baik aja. Operasiku berjalan lancar. Walaupun masih bed-rest dan belum bisa ngapa-ngapain. Seandainya ada kamu disini pasti rasa sakitnya gak akan sesakit ini.
Kabar anak-anak baik. Ada mamak tua dan Opungnya yang ngejagain mereka selama aku sakit.
Walaupun udah gak ada lagi yang ngajak mereka jalan-jalan kayak biasanya sering kamu lakukan dulu buat manjain mereka. Oh iya, si yang paling kecil, giginya udah tumbuh banyak, dan udah pintar tepuk-tepuk tangan. Ah, sayang banget kamu gak bisa lihat dia belajar berdiri.
Mereka rindu kamu. Aku apalagi.
Terus sekarang kamu ngapaian aja disana? Enak ya, sekarang bisa santai-santai jalan-jalan di Taman Eden. Hihihi.
Kalau dulu kamu kan sibuk banget. Bangun subuh, masak buat aku dan anak-anak, abis itu siapin mereka sekolah, abis itu ngurusin aku dulu sebelum kamu berangkat kerja.
Tuhan baik banget ya. Mungkin Dia tahu kamu udah capek, makanya Dia cepet-cepet panggil kamu buat santai-santai di atas sana.
Aku barusan check Facebook kamu, akhirnya memberanikan diri untuk membuka. Walaupun masih sedih lihat foto kamu, foto kita sebagai Profil Picture-nya. Banyak banget yang ngeraa kehilangan kamu. Wall Facebook kamu penuh sama ucapan dukacita.
Orang-orang ngerasa kehilangan kamu. Aku apalagi.
Pa, nanti kita sambung lagi ya. Ada suster yang datang buat check-up.
PS: Kalau ada kata yang lebih kuat dari rindu, anggap saja aku menggunakan kata itu untuk menggungkapkan rasa ini padamu sekarang.
Love,
Aku, yang menatapmu
dari bawah sini.
Halo, Ma.
Sebelumnya, lucu, betapa kamu sempet-sempetin nulis surat untuk aku ditengah-tengah menunggu suster untuk check-up.
Seperti biasa, hal-hal kecil yang kamu lakukan untuk aku, yang selalu sukses bikin aku enggak bisa lupa sama kamu dan delapan tahun pernikahan kita.
Walaupun keadaannya seperti sekarang.
Kabar aku disini baik-baik saja. Kalau boleh jujur sih, tapi plis jangan bilang-bilang sama Tuhan, aku bosan disini.
Habis enggak bisa ngapa-ngapain. Palingan cuma jalan-jalan di Taman Eden, Ngobrol-ngobrol ngalor ngidul.
Kalau boleh milih, aku mendingin di bawah sana; bangun subuh, siapin makanan untuk anak-anak, siap-siapin mereka ke sekolah, ngurusin kamu, baru berangkat kerja.
Tapi kan hidup bukan ujian pilihan berganda, yang bisa dipilih semaunya. Tetap aja Tuhan yang punya kunci jawabannya.
Aku rindu kamu dan anak-anak.
Aku cemburu sama kamu karena masih bisa main-main sama anak-anak. Masih bisa manjain mereka. Dan yang paling penting masih bisa lihat si yang paling kecil belajar ‘tata’.
Kirim salam buat mamak tua dan Opung yang udah jagain anak-anak ya. Bilang terimakasih juga sama yang udah ucapin turut berdukacita di Wall Facebook.
Ma, tulisannya dilanjutin nanti lagi dulu ya. Aku diajakin jalan-jalan ke Sungai Tigris sama Tuhan.
PS: Kamu harus kuat, Ma. Bukan buat aku. Bukan buat kamu. Tapi untuk anak-anak. Untuk kita.
Regards,
Aku, yang menjagamu
dari atas sini.
Karena sesungguhnya, rindu ini bukan lagi dipisahkan jarak.
Melainkan oleh alam yang berbeda.
1 comment:
Jadi kangen papa..
Post a Comment