bibir ini diam. pikiran yang bicara.
tak kah kau dengar, otak yang sedang berkecamuk di dalam?
berperang melawan kepedihan malam.
mata melihat. namun hati yang buta.
bukankah skala warna itu indah?
jangan butakan hati, khianati jiwa.
kuping terangkat. membiarkan hati terjatuh.
bukankah kata-kata mesra itu indah?
hati siapa yang tak jatuh padanya.
mata berbicara. agar lidah mendengar.
tak selamanya bibir bicara.
kadang ungkapan mata lebih kejam.
telinga tertutup. hati terbuka.
terserah mereka bilang saya apa.
tugas saya hanya menjalankan saja.
pikiran bicara. biar hati mendengar.
ketika lebih baik berbicara dengan diri sendiri.
sementara orang lain tak mendengar.
tak kah kau dengar, otak yang sedang berkecamuk di dalam?
berperang melawan kepedihan malam.
mata melihat. namun hati yang buta.
bukankah skala warna itu indah?
jangan butakan hati, khianati jiwa.
kuping terangkat. membiarkan hati terjatuh.
bukankah kata-kata mesra itu indah?
hati siapa yang tak jatuh padanya.
mata berbicara. agar lidah mendengar.
tak selamanya bibir bicara.
kadang ungkapan mata lebih kejam.
telinga tertutup. hati terbuka.
terserah mereka bilang saya apa.
tugas saya hanya menjalankan saja.
pikiran bicara. biar hati mendengar.
ketika lebih baik berbicara dengan diri sendiri.
sementara orang lain tak mendengar.
No comments:
Post a Comment