matamu tertuju padaku,
padahal mata hatimu tertuju kepadanya.
bibirmu tersenyum ke arahku,
namun hanya namanya yang tiap malam kau sisipkan dalam setangkup doa.
kupingmu mendengar ucapku,
tapi kenapa hanya ketika mendengar namanya saja kau ikut berucap?
tanganmu betul meraihku,
tapi tangamu yang satu lagi tak rela juga melepasnya.
kakimu memang meringankan langkahku,
tapi kenapa tak pernah kau arahkan ia agar melangkah ke arahku?
oh ternyata aku baru paham.
makna kata palsu itu.
aku.
padahal mata hatimu tertuju kepadanya.
bibirmu tersenyum ke arahku,
namun hanya namanya yang tiap malam kau sisipkan dalam setangkup doa.
kupingmu mendengar ucapku,
tapi kenapa hanya ketika mendengar namanya saja kau ikut berucap?
tanganmu betul meraihku,
tapi tangamu yang satu lagi tak rela juga melepasnya.
kakimu memang meringankan langkahku,
tapi kenapa tak pernah kau arahkan ia agar melangkah ke arahku?
oh ternyata aku baru paham.
makna kata palsu itu.
aku.
No comments:
Post a Comment