Rinduku sudah mati.
Tertikam pilu. Tersapu hujan.
Saat tangan itu mendekap hangat pundakmu.
Pundak yang sama, tempat hatiku kala rapuh bersandar mencari teduh.
Saat mata yang sama tempatku menatap eloknya surga.
Kini sudah menemukan surganya sendiri
Saat matahari kehilangan cahaya.
Perlahan memudar. Buyar terpencar.
Saat rasa perlahan terkubur oleh ketakutan yang berkuasa.
Saat doa jadi senjata atas jarak.
Saat tiap alfabet atas namamu sudah bertuan.
Menjadi jawaban atas doa bagi si pemiliknya.
Rinduku sudah mati.
Hatiku kembali tak berpenghuni.
Menanti kau-yang-tak-tahu-entah-siapa mengucap jampi.
Agar dia hidup kembali. Entahlah, apa waktu bisa menggenapi!
Tertutup kafan suci. Atas cinta, mimpi dan harapan.
Meninggalkan satu ukiran kisah bertema kepedihan.
Rinduku sudah mati.
Dan aku hanya bisa menitip pesan pada doa.
Agar kalian terberkahi.
Tertikam pilu. Tersapu hujan.
Saat tangan itu mendekap hangat pundakmu.
Pundak yang sama, tempat hatiku kala rapuh bersandar mencari teduh.
Saat mata yang sama tempatku menatap eloknya surga.
Kini sudah menemukan surganya sendiri
Saat matahari kehilangan cahaya.
Perlahan memudar. Buyar terpencar.
Saat rasa perlahan terkubur oleh ketakutan yang berkuasa.
Saat doa jadi senjata atas jarak.
Saat tiap alfabet atas namamu sudah bertuan.
Menjadi jawaban atas doa bagi si pemiliknya.
Rinduku sudah mati.
Hatiku kembali tak berpenghuni.
Menanti kau-yang-tak-tahu-entah-siapa mengucap jampi.
Agar dia hidup kembali. Entahlah, apa waktu bisa menggenapi!
Tertutup kafan suci. Atas cinta, mimpi dan harapan.
Meninggalkan satu ukiran kisah bertema kepedihan.
Rinduku sudah mati.
Dan aku hanya bisa menitip pesan pada doa.
Agar kalian terberkahi.