Monday, February 13

Terjebak Hujan

Monday, February 13
picture taken from google.com


"Mungkin kita memang lebih baik putus aja, kamu terlalu baik buat aku!" kata-kata yang diucapkan wanita itu masih terngiang-ngiang di kepalaku sejak beberapa minggu belakangan ini. Alasan yang cukup klise dan dangkal, kalau aku boleh menambahkan.


Hampir setengah jam aku memandangi layar komputer hingga akhirnya tersadar ketika melihat penunjuk waktu di pojok layar menunjukkan hampir pukul setengah tujuh malam.

Lalu aku mulai bergegas membereskan tumpukan pekerjaan yang berantakan di atas meja.

Sama seperti meja kerja, hati dan pikiran ini pun rasanya sama berantakannya. Mungkin sudah waktunya kali ini aku merapikannya dari jebakan masa lalu. Membuang sisa tumpukan kenangan yang sudah usang. Menggantinya dengan memori yang baru.

Jika monitor komputerku saja perlu di-refresh, apalagi otakku?

***

Sambil menunggu lift, kuambil telepon genggam. Dan foto ini melintas begitu saja di linimasa Twitter-ku. Wajahnya, pria yang selalu ada dalam bayanganku. Raut muka berseri-seri, senyum cerah sementara sebelah tangannya menggegam tangan seorang wanita di sebelahnya. Mereka tampak bahagia.

Skak-mat.

Tak ada alasan bagiku untuk merebut kebahagian orang lain. Maka tak lagi yang bisa kuperbuat selain melepasnya bahagia.

Walau kadang rasa itu masih ada dan pikiran itu masih berputar-putar di kepala?

Beginikah rasanya terjebak rindu? Tersiksa.

Aku menekan tombol menu agar tampilan layar kembali ke menu utama. Cepat-cepat bergegas masuk menuju lift yang kebetulan terbuka di depanku.

***

Tanda penunjuk menunjukkan huruf 'G' berarti sudah sampai di ground dan pintu lift pun terbuka. Tampak sekerumunan orang masih berkumpul di lobby kantor. Hujan deras, ternyata.

"Ojek Payung!" teriak dua orang secara bersamaan. Si Ojek Payung yang dipanggil hanya menoleh kebingungan, siapa yang harus duluan dilayani.

"Silahkan duluan! Ladies first, cool last!" sahut Si Pria sambil tersenyum.

"Bisa banget! Udah, gak apa-apa! Kan tadi Si Mas-nya yang panggil duluan! !" balas Si Wanita.

"Udah, gak apa-apa kok!" si pria mempersilahkan.

"Ini jadi ngojek payung gak?" si tukang ojek mulai kesal karena dibuat menunggu.

"Eh, jadi-jadi! Layanin Si Mbak ini aja dulu, baru nanti balik ke sini lagi buat nganter saya!" Si Pria cepat-cepat membalas.

"Yauwislah, kalau begitu! Terimakasih, Mas!" Si Wanita akhirnya mulai mengambil langkah sambil berlindung di bawah payung.

Tak sampai beberapa langkah, Si Pria tiba-tiba berteriak memanggil Si Wanita, mencoba melawan derasnya suara hujan, "Gue Valerie, anak lantai 8!"

Si Wanita menghentikan langkahnya kemudian menoleh, "Gue Lavina, anak lantai 6!"

Di bawah hujan, mereka saling melempar senyum.

Ya, Tuhan itu baik. Dia sengaja mengirim hujan biar kita tahu rasanya terjebak hujan, enggak melulu terjebak rindu apalagi terjebak masa lalu.


DRIVO JANSEN © 2014