Thursday, September 29

Dipertuan Siapa?

Thursday, September 29
Lima menit sebelum bel pulang sekolah berbunyi. Tiba-tiba handphone-ku bergetar. Sebuah pesan singkat masuk.
Aku tunggu kamu di depan gerbang.
Begitu isi pesan singkat tersebut. Aku hanya bisa mengangguk sambil tersenyum simpul.
Setengah berlari kecil aku mendekat ke arah pintu gerbang. Tampak dia sudah berdiri tegak berpayungkan sebelah telapak tangan yang menutupi sebagian wajah. Takluk di bawah terik matahari.
"Kamu terlambat sepuluh menit! Jadi harus traktir aku es cendol!" sahutnya setengah merajuk.
Dan aku hanya bisa tersenyum mengangguk.
Mana bisa aku menolak rajuk yang sudah diselipkan senyuman maut macam begitu. Gantian sekarang aku yang takluk.
Lalu kami berdua berjalan menuju kantin sekolah, tempat es cendol terbaik yang pernah ada. Entah susuk apa yang dipakai abang penjualnya.
"Es cendolnya satu aja, Bang!" sahutku ke arah si abang penjual.
"Loh? Kok cuma satu, kamu gak ikut minum?" dia bertanya kebingungan sambil mengerutkan dahi.
"Enggak usah! Lihat kamu minum aja aku udah kenyang kok! Coba senyum, nah kan senyum kamu masih lebih manis dari es cendolnya!"
Tiba-tiba dia melempar gumpalan tissue yang dari tadi digenggam tangannya. "Gombal!"
Memang benar kata orang, waktu seakan lebih cepat jika dihabiskan dengan orang yang kita sayang. Setengah jam sudah kami di kantin ini. Lalu kami melangkah pulang.
Entah apa yang sengaja dirancang semesta, namun rumah kami berdekatan. Hanya berjarak beberapa gang. Takdir atau jodoh? Entahlah.
Dan tiba-tiba dalam perjalanan pulang, tiba-tiba kaki kami melangkah masuk ke sebuah warung internet.
"Kok tiba-tiba ke sini?" dia kembali bertanya sambil mengerutkan dahi. Dan aku hanya bisa mengangkat bahu.
Ruangan tertutup yang cukup sempit untuk dijejali sepasang remaja berseragam sekolah.
Aku mengambil alih menggerakkan mouse. Namun tetap dia yang memberi intstuksi kemana kursor harus diarahkan.
Ya, pria memang masih dijajah wanita rupanya.
Mulai dari membuka situs Friendster hingga kolom mIRC, semua sudah kami jelajahi. Bosan juga ternyata memberi kesaksian yang hanya ala-kadar-nya atau sekedar basa basi menjaga silatuhrahmi.
"Ih, kamu kenapa? Kok senyum licik gitu?"
Tiba-tiba aku mendapat ide nakal. Kuarahkan kursor ke baris penunjuk alamat situs.
"Coba kamu tutup mata dulu! Aku ada kejutan." pintaku sambil menghalangi pandangannya dengan badanku.
Kuketik cepat alamat situs yang ada di otakku. Kubiarkan memuat sebentar hinggal seluruh gambar utuh sudah tampil di layar.
"TADDAAA!" sahutku terkekeh sambil menggerakkan badan yang menghalangi pandangannya.
Dia hanya bisa melongo melihat layar komputer. Tidak bisa berkata apa-apa.
Sepasang pria dan wanita telanjang dengan posisi menantang sedang menatap kami dari dalam layar.
Dan sekali lagi, benar kata orang, jika dua orang yakni pria dan wanita sedang bersama maka setan akan turut hadir sebagai orang ketiga.
Rasa penasaran yang berkuasa atas kami.
Kadang tertawa, kadang ikut meringis kesakitan, kami menikmati tiap cuplikan video yang bergerak di depan mata.
Dan entah ide darimana, tiba-tiba aku mendaratkan tanganku di atas pahanya. Kugerakkan perlahan ke atas.
Ternyata dia masih sadar. "HEH!" sahutnya sambil menepis tanganku.
SIAL! Pikirku dalam hati.
Aku coba membujuknya, kubiarkan kali ini mata yang berbicara. Dan ya, mata memang selalu berkata jujur!
Tiba-tiba dia meletakkan tanganku di dadanya.
Dan sekarang aku yang kelagapan. Bingung entah harus berterimakasih pada Tuhan atau setan.
Aku mulai menikmati ritme permainan.
Kugerakkan perlahan tanganku. Pelan-pelan bibirku kudaratkan di bibirnya.
Mata terpejam tak melihat apa-apa, namun hati merasakannya. Jantung berdegup bepuluh kali lebih kencang.
Tak peduli lagi pada video bergerak di layar, kami sudah punya gerakan sendiri. Berusaha tak menimbulkan suara sekeras mungkin.
Aku mulai mengulum bibirnya. Namun sudah terlebih dulu aku mengulum hatinya.
Dan inilah ciuman pertama kami. Setelah hampir tiga bulan merasakan kebersamaan.
Entah siapa yang menjadi tuannya, apakah cinta atau nafsu? Tapi yang pasti, bilik sempit serta layar komputer ini jadi saksinya.

Tuesday, September 27

#nowplaying | Lagu Itu

Tuesday, September 27
"When I need you, I just close my eyes and I'm with you. Its only a heartbeat away." - Rod Steward


lagu itu.
kala kita berbagi headset.
lalu kau mulai. memejamkan mata dan menikmati.
sementara aku mulai menjentikkan jari sambil memandangi matamu yang terpejam.
menikmatinya lebih dari lagu itu.

lagu itu.
lirik yang bercerita tentang kita.
nada yang mengalun untuk merayakan kita.

tentang rasa.
tentang cinta.
tentang kita.

namun sekarang,
tak ada lagi berbagi headset maupun mata terpejam.

tinggal kenangan,
dan lagu itu.


(P.S: bahwa sesungguhnya terdapat curhat terselubung dibalik hashtag #nowplaying)

Saturday, September 10

cuplikan #dramathriller

Saturday, September 10
STAPLES AJA AKU, STAPLES!
KALO ITU BISA BIKIN KAMU NEMPEL KE AKU.


--

KALO UDAH GAK SAYANG LAGI, DORONG AJA AKU KE JURANG!
DARIPADA TERUS DIGANTUNG DI TEBING TINGGI EGO KAMU.


--

TUSUK AJA AKU SEKALIAN PAKE PISAU.
DARIPADA KAMU BUNUH AKU PAKE JANJI MANIS KAMU!


--

BAKAR AJA AKU SEKALIAN.
PERCUMA TATAPAN MATA KAMU BIKIN MELELEH
KALO CUMA CURI-CURI PANDANG DOANG.


--

GUNTING AJA RAMBUTKU ASAL-ASALAN.
DARIPADA KAMU GUNTING HARAPANKU BERSANDING DI PELAMINAN SAMA KAMU.


--


BELAH AJA DADAKU.
BIAR KAMU PERCAYA DI HATIKU CUMA SATU NAMA, YAKNI KAMU.

--

BELAH AJA OTAKKU.
BIAR KAMU TAHU CUMA ADA KAMU DI SITU.

--

JAHIT AJA BIBIR AKU.
BIAR GAK MELAFAL DOA SAMBIL MENYEBUT NAMAMU LAGI.

--

TABRAK AJA AKU SEKALIAN.
BIAR AKU BISA KAMU BAWA LARI.

--

KURUNG AJA AKU.
AKU RELA! BIAR AKU GAK KELUAR DARI HATI DAN PIKIRAN KAMU.

--

CEBURIN AJA AKU SEKALIAN DI SAMUDERA PASIFIK.
DARIPADA KAMU TENGGELAMKAN AKU LARUT DALAM KESEDIHAN.

--

SIRAM PAKE BENSIN AJA SEKALIAN.
DARIPADA KAMU BAKAR AKU PAKE API CEMBURU.


Monday, September 5

Metamorfosis Rindu

Monday, September 5
Ketika kita bertemu.

Mata
Bibir
Hati

Semuanya mencurahkan rindu

Limpah ruah
Mengisi udara
Melayangkan jiwa

Tanpa terasa,

dia terbang terpencar
berserakan dibawa angin

Lalu kita berpisah sejenak
sepakat mulai mencari rindu

Berpetualang

melintasi jarak
melewati waktu

Hingga akhirnya kita kembali bertemu
dan mendapati rindu

Begitulah seterusnya
metamorfosis rindu.



[Book Review] Antologi Rasa : How Brave Are You To Reveal Love?




"Addiction on your own risk!" -- Peringatan ini harusnya ada di sampul belakang / samping dari buku Antologi Rasa, karangan Ika Natassa ini. Karena percaya atau enggak, ini yang saya (dan mungkin beberapa pembaca lainnya) alami dan rasakan.

Cerita yang diangkat tidak jauh seputar persahabatan dan cinta namun dikemas dengan ciamik. Antara Harris, Keara, Rully dan Denise

Bahasa yang digunakan pun cukup sederhana, tidak terlalu sastra berat atau tidak juga terlalu menye-menye. Juga ada beberapa gabungan frasa dalam bahasa inggris yang juga cukup dimengerti. Dan banyak quotes yang terasa JLEB! . Oh iya, suka banget sama ide judul per chapter-nya. Omong-omong itu bahasa apa, Mbak Ika?

Nama-nama tempat atau kejadian di dalam Antologi Rasa ini juga cukup nyata. Seolah-olah kita ikut merasakan. Seperti F1 Race di Singapore, John Mayer in Concert di Manila dan banyak nama tempat lainnya.

Dan yang paling takjub, penulis sangat cerdas, karena menulis cerita dengan point of view sebagai orang pertama dari masing-masing tokoh. Jadi semacam membaca pikiran yang berasal dari isi kepala Rully, Harris atau Keara. Good Job, Mbak Ika!

Karakter tokoh di buku Antologi Rasa ini pun sungguh menyenangkan.

Harris, gambaran anak muda Jakarta jaman sekarang. Dia punya tampang dan karir, cewek mana yang gak bakalan klepek-klepek sama dia.

Keara, gadis metropolitan yang hobi fotografi, juga ternyata punya sisi malaikat di samping hobi hedon-nya.

Rully, cowok kalem dan sopan, juga terobsesi dengan olahraga. cewek mana yang gak mau punya tipe suami ideal kayak dia.

Atau Denise, wanita soleha yang ditindas secara batin oleh suaminya yang suka berselingkuh.

Empat karakter dengan berbagai intrik mulai dari isu persahabatan sampai cinta dengan satu permasalahan: Mengungkapkan Cinta!

Kadang kita terlalu banyak berpikir soal waktu, tempat atau momen
yang tepat untuk mengungkapkannya. Padahal ada ketakukan di balik itu semua.

Ya, saya selalu percaya bahwa butuh keberanian yang besar untuk mengungkapkan cinta sejati.

Makanya kalau ada yang dengan gampangnya menodong ungkapan cinta, then I believe that is just a piece of, sorry to say, bullshit!

Makanya itu, hal yang bisa kita lakukan cuma menunggu dan berharap. Cinta punya waktunya sendiri.

Ah, kalian lebih baik buruan baca dan ngerasain JLEB! sendiri.



ini salah satu quote favorite saya:

Aku menyembah kamu seperti berhala,
dan menjadi atheis bagi perempuan-perempuan lain.



DRIVO JANSEN © 2014