Wednesday, October 17

Trip to Singapore - And The Story Behind The Preparation.

Wednesday, October 17
Jadi rencana jalan-jalan ke Singapore ini berawal dari beberapa bulan lalu, kalo gak salah sekitar bulan Maret atau April 2012, waktu Jilly pertama kali kasih info kalo Air Asia lagi ada promo.  Dan kami yang mendengarnya, saya dan Sarah, cuma bisa angguk-angguk setuju. 

Luar negeri, jalan-jalan, ada promo tiket murah pula. Ini akan jadi trip pertama kami ke luar negeri bareng-bareng. Dan dari beberapa option negara yang ada harga tiket promonya, pilihan pun jatuh ke Singapore.

Ticket booked, 11-14 October 2012. Yes, sahabat 50 perak goes to Singapore. We're too over excited at that time.

Abis itu mulai bikin plan untuk semuanya. Mulai dari tempat nginep, itinerary, sampai hal-hal detail yang penting-gak-penting kayak bakal pakai baju warna apa biar samaan pas disana. 

Kita sering janjian, entah online maupun offline, buat ngerapatin tentang semua-muanya diatas tadi. 



Inget banget, kita sampe ngebela-belain download Oovoo, supaya bisa conference chat kayak gini. Padahal ujung-ujungnya pindah di conference chat Yahoo Messenger juga, karena Oovoo-nya sering nge-lag. HAHAHA! Bukannya ngobrolin tentang itinerary, malah yang ada pada emosi karena conference chat-nya sering error.

Terus, sempat bela-belain bikin beginian, supaya bisa lebih gampang buat nentuin itinerary-nya. Cari Singapore map di google, abis itu di-capture. Nah, tinggal cari objek yang mau dikunjungi, terus dikelompokkan berdasarkan daerahnya. Jadi bisa meminimalisir waktu, misalnya hari ini ke daerah ini, ada objek kunjungan kesini. Begitu lah kira-kira fungsi map ini.  



But then, life's not as it seemed. Things are changed.

Ada yang sejenak ingin lari dari rutinitas hidup. Atas keseharian yang itu-itu saja. Atas tumpukan pekerjaan dan tuntutan klien. 

Lalu ada pula yang kisah percintaannya berantakan. Masih berusaha keras untuk mengumpulkan pecahan-pecahan luka hati yang berantakan atas kepingan janji manis yang terlanjur terucap. 

Ada pula yang keluar dari pekerjaan, karena ingin fokus ngerjain skripsi. Keputusan yang diambil terlalu terburu-buru mungkin. Walaupun samapi sekarang ujung-ujungnya skripsinya belom kelar dan dia masih belom dapat pekerjaan tetap juga. *tsssuurrrhaaatttt!*

Hari H makin dekat. 

Yang bosan sama rutinitas pekerjaannya, udah gak sabaran pengen buru-buru berangkat.

Yang baru putus cinta, masih suka keinget sama mantan dan janji-janji manisnya.

Yang pengangguran, udah ribet sama skripsi, masih harus ribet juga mikirin dapat duit pegangan darimana buat pergi.

Tiket hostel udah dibooking. Tiket Universal Studio juga udah siap. Plus, ada tambahan temen lagi yang ikut, Errens, yang harus rela bayar dua kali lipat harga tiket kita untuk keberangkatan dengan tanggal yang sama.

H minus sebulan.

Yang penggangguran dapat tawaran pekerjaan freelance. Walaupun gajinya gak seberapa dibandingkan dengan kerjaannya, tapi suara gaib di kepala cuma meyakinkan yang penting cukup untuk duit pegangan selama disana.

H minus dua minggu.

Secara, ini pengalaman pertama kali ke luar negeri. Jadilah, yang penggangguran dan yang putus cinta mulai repot ngurusin passport.

Dan ngomong-ngomong soal bikin passport, emang udah harusnya petugas di Imigrasi mulai melek Photoshop deh. Mengingat absurdnya rata-rata foto di passport.

Oh iya, salut sama petugas Imigrasi karena proses pembuatan passport yang tergolong cepat. Total, gak nyampe dua minggu, dengan biaya Rp.255ribu. Udah, gak usah pake calo-calo segala. Ikutin prosedurnya aja. Kelar!

Dan emang bener kata orang, kalo lagi excited atau hati lagi seneng, waktu itu cepet banget rasanya. Gak kerasa besoknya udah hari H. Makin deg-degan. 

Ticket, checked. Hostel, checked. Passport, checked. Packing, checked.

God is good, for He provides.
11 Oktober 2012. This is the day.
Singapore, here we go.





The Escapement


To put aside all the burden in life.
To mend the broken heart.
To skip the routines for a while.

A journey we called it an escapement.
To simply found laughter and happiness.

Because at the end, its not about the destination nor the place, 
but the people we travel with.

Yes. trip to Singapore, begin.



DRIVO JANSEN © 2014