Monday, October 17

Antologi Cerpen : Rahasia Rindu

Monday, October 17
Setelah proses dan perjuangan yang cukup panjang oleh - , dan - akhirnya lahir sebuah mimpi!

TELAH TERBIT! Antologi Cerpen:
| ISBN: 978-602-225-137-8 | tebal: viii+149 halaman.


Antologi Cerpen , berasal dari coretan yang kemudian dikembangkan dalam bentuk cerita pendek. Awalnya dikumpulkan dalam blog www.ceritapendekfiksimini.blogspot.com - kemudian dipilih beberapa cerpen pilihan. Maka lahir, Antologi Cerpen: .

Para kontributor dalam Antologi Cerpen: antara lain - | | | | | | | | | | | | | dan ada saya sendiri, Drivo Jansen.

Kalian mungkin gak ketemu sama cerita menye-menye ala teenlit di Antologi Cerpen ini. Tapi twist menarik ala .

Berikut ini adalah beberapa kutipan dari cerita yang ada di dalam buku:



Antologi Cerpen , 17 penulis dengan kisah beragam. Seperti permen nano-nano, berbagai rasa ada, membuat ingin terus mengulum. Kisah-kisah di-revisi agar lebih LAYAK dan PANTAS untuk dibukukan! Hingga kami akhirnya berhasil menerbitkan buku impian ini.

"Antologi Cerpen: , kegilaan pikiran cerdas anak muda yang penuh pemberontakan." - Joni Ariadinata (Redaktur Majalah Horison)


"Antologi Cerpen: , imajinasi iiar dari dunia gaib sampai hubungan cinta antar manusia yang pelik." - Aditia Yudis (Novelis)

Terimakasih kepada semesta, juga Penerbit LeutikaPrio () yang udah berhasil melahirkan Antologi Cerpen: . ANTOLOGI CERPEN: SEKARANG! Antologi Cerpen: juga udah di-review di GoodReads - sila baca di - udah, gak usah ragu lagi!

Harga Antologi Cerpen cuma Rp.36.300 (belum termasuk ongkos kirim) - murah kan? udah dapat bacaan fiksimini yang asik. Oh iya, pemesanan diatas Rp 90.000,00 BEBAS ONGKOS KIRIM. Tunggu apa lagi? Buruan PESAN!

Buku ini, sejauh ini baru bisa dipesan via online. Kalau mau pesan, sila mention saya via twitter / wall / message via facebook - link twitter dan facebook ada di pojok bawah blog ini - atau kalian bisa juga kirim email ke drivojansen(at)gmail(dot)com.


Sunday, October 9

Hadiah Sebuah Percakapan

Sunday, October 9
TUHAN sudah bergabung dalam percakapan.
@AnakBaik : BUZZ!
TUHAN sedang mengetik pesan.
@AnakBaik : BUZZ!
@TUHAN : Sabar sedikit, anak muda. Tak bisakah kau lihat tanda pemberitahuan di atas bahwa aku sedang mengetik?
@AnakBaik : Maaf, TUHAN. Tapi aku sedang terburu-buru, ingin segera mendapat jawaban dari-Mu.
Hampir 15 menit @TUHAN tidak membalas sejak percakapan terakhir. Dan aku mulai gusar, hanya bisa memandangi layar.
@TUHAN sedang mengetik pesan.
Akhirnya DIA muncul juga, pikirku.
@TUHAN : Ada berapa jumlah penduduk di muka bumi ini?

SIAL, pikirku dalam hati. Tapi aku sedang tak ingin berbasa-basi. Aku menggeleng.
@AnakBaik : Aku kurang tahu. Sekitar enam miliar mungkin?
Bukannya menjawab pertanyaan-NYA, aku malah balik bertanya.
@TUHAN : [mengirimkan emoticon senyum sambil menggeleng]
BAH! TUHAN punya selera humor juga, pikirku lagi.
@TUHAN : Kita anggap saja jawabanmu benar, enam miliar penduduk bumi. Anggap saja mereka punya satu permintaan, maka ada berapa jumlah permintaan yang masuk ke kontak percakapan-KU?
Aku mulai berpikir.
@TUHAN : Tapi bukankah manusia adalah makhluk yang tidak pernah puas? Tidak mungkin hanya satu permintaan mereka, betul?
Aku mulai menggangguk setuju.
@TUHAN : Bisa kau bayangkan permintaan mereka dalam sehari? Sejam? Semenit? Berapa banyaknya, kau yang menghitung.
@AnakBaik : [mengirimkan emoticon bendera putih]
@TUHAN : Maka itu, tenang saja. Tugasmu hanyalah menunggu. Tak perlu kau paksa Aku dengan BUZZ! berkali-kali. Aku tak akan lupa tiap detil permintaanmu. Semuanya tersimpan dalam History-Record percakapan kita.
Aku tetiba malu.
@TUHAN : Aku punya hadiah untukmu. Yang sudah kau tunggu-tunggu. Namanya @GadisManis. Aku sudah mempersiapkan kesempatan agar kau bisa mendekatinya. Ini kan permintaanmu?
@AnakBaik : [mengirimkan emoticon senyum dengan pipi merah] Maaf, TuUHAN, kalau mungkin selama ini aku bertindak kurang sabar.
@TUHAN : [mengirimkan emoticon senyum] Ingat, Aku pasti menjawab segala permintaan kamu. Entah itu dengan jawaban 'YA', 'TIDAK' ataupun 'MENUNGGU', tapi satu yang pasti, Aku pasti akan menjawab.
Nama itu memang permintaanku. Namun, percakapan ini adalah hadiah sesungguhnya.
Tak sanggup lagi jemari ini untuk mengetikkan tombol-tombol di keyboard. Dan aku hanya bisa membalas percakapan terakhir dengan TUHAN lewat air mata.

Saturday, October 8

Jendela & Hujan

Saturday, October 8

terserang candu.
dililit rindu.

hanya bisa mengintip dari celah.
menanti dari balik jendela.

angin berbisik keras.
warna awan tak lagi selaras.

udara menguap jadi rintik air.
dan jutaan rasa ikut mengalir.

aku, kemarau berkepanjangan.
kau, rintik hujan yang membasahinya.



[pesan kosong]

mohon maaf,
tapi anda tidak menerima pesan masuk.

Thursday, October 6

Pesan Dalam Sepotong Telur Dadar

Thursday, October 6
Pasar sudah ramai sepagi ini. Dan aku sudah siap dengan keranjang belanja dan notes kecil berisikan apa saja yang akan dibeli.

Aku mulai memberi tanda centang pada barang-barang di dalam list yang sudah kubeli. Dan, selesai!

Sekarang waktunya ber-eksperimen di dapur, pikirku.

Kupecahkan beberapa butir telur. Kukocok singkat. Kutambahkan sedikit garam dan kornet sebagai variasi. Begitu pula dengan irisan cabai yang dipotong kecil. Lalu kumasukkan dalam wajan yang sudah berisi minyak panas. Siap untuk digoreng.

Voila! Jadilah telur dadar pertama buatanku.

Kumasukkan ke dalam kotak makan dan kubungkus dengan pita.

Kutempelkan sebuah kartu ucapan selamat ulang tahun di atasnya.

"Selamat ulang tahun ayah, Ayah pasti sekarang bangga sama aku!" ucapku dalam hati.

Kuletakkan kotak makan berisi telur dadar tadi di atas nisan kubur ayah.

"Semoga ayah gak keasinann yah!" tak terasa air mata meluncur cepat dari pipiku.

Hari ini tepat hari ulang tahun ayah. Dan aku tahu di atas sana Ia pasti bangga padaku sekarang.

"Anak cewek itu mbok ya bisa masak! Ya minimal bikin telor dadar!" itu pesannya yang masih terngiang-ngiang di kepalaku hingga kini. Dan aku sudah menunaikannya.

Saturday, October 1

Ritual Malam Minggu

Saturday, October 1
Matahari tampak lewat celah jendela. Dia seolah mengejek aku yang masih tergeletak pasrah di atas buntalan kapas ini.
09.45
Aku melihat jarum jam. Untung hari ini hari Sabtu, hari paling nikmat diantara hari lainnya karena aku bebas menikmati hidup tanpa harus diburu oleh waktu. Dan ini yang paling nikmat, tak perlu repot-repot mandi pagi.
Hampir setengah jam aku berguling-guling di atas kasur, kesana-kemari.
12.05
Apa? Ternyata mataku tertutup kembali rupanya. Entah mantra apa yang dirapal oleh kasur hingga mataku lengket dibuatnya? Malaskadabra, mungkin.
Kurasa, kalau saja perut ini tak meraung-meraung berteriak kelaparan, mungkin aku tetap lebih memilih masih berdiam di atas kasur ini.

13.25
Mana telepon genggamku? Sudah hampir setengah hari, kenapa dia tak menampakkan tanda-tanda kehidupan?
Sekalinya dia berbunyi, SMS dari operator seluler ternyata.
Perasaan paling perih dari seorang jomblo adalah perasaan akan kurangnya perharian.
13.55
Aku mulai menyalakan layar segiempat berukuran dua puluh satu inchi. Namun berkali-kali juga aku menekan tombol angka pada remote-control. Tidak ada tayangan menarik. Hanya ada tontonan sampah? Kenapa harus ada tayangan berita di hari yang seharusnya dipenuhi suasana santai macam begini?
15.45
Aku kembali melirik telepon genggam. Berharap ada secercah harapan, siapa tahu ada SMS nyasar berujung pacar. Bukan, ini bukan tentang rhyme.
Ternyata masih tetap kosong.

17.05
Hah? Ternyata sudah jam segini. Sebentar lagi aku akan melaksanakan ritual malam minggu. Ya, ritual.
Jika melihat frekuensi betapa sering aku melakukannya.
Sial kalian! Jangan menertawai aku. Kalian pikir hanya karena aku jomblo, lantas aku tak bisa bermalam-minggu?
17.15
Aku buru-buru mandi. Tak pernah aku sesemangat ini kalau berurusan dengan hal yang satu ini.
17.35
Aku sudah bersiap. Pakaian terbaik yang kukenakan. Parfum sudah kusemprot berkali-kali.
Pria mana yang mau mengecewakan teman kencannya?
18.00
Matahari sudah kembali ke peraduannya. Pertanda sudah memasuki Waktu Indonesia Bagian Malam Minggu.
18.50
Baiklah, saatnya aku berangkat. Meninggalkan dunia nyata. Menuju dunia maya. Selamat melaksanakan ritual malam minggu, semuanya!

DRIVO JANSEN © 2014