Wednesday, June 30

when it rights in time.

Wednesday, June 30
I wish I had the courage to tell you that I like you, but I don't.
The best I can do is make sure that I'm always there for you when you need someone, and help talk you through all the shit you have going on right now.

I'm sorry I'm not brave enough. Maybe one day I will be.
.
-6billionsecrets-

you know what?
it seems like you got a power.
i dont know what it is.
but i can feel it
everytime i met you.
maybe a krypotian stone.
that can absorb
the existing strengths in my soul.
im not trying sounds too much.
it is true.
that is why,
it is always hard to say those three words.
literally. hard.
and yes,
when all the strenghness are gathered.
when the universe was also supportive.
when right in time.
i will.
someday.


where is MY OTHER HALF?


"According to Greek mythology, humans were originally created with four legs, four arms and a head with two faces."

Fearing their power, Zeus split them apart, condemning them to spend their lives in search of their other half.

I hope that my other half is out there somewhere.

-6billionsecrets-


trying to figure out who is my other half.

and im still on a journey.

searching.

into an end..

without giving up.


hope for the day.

the day im gonna meet you.


then i will add my half.

into your half.

make it in to one.

you and i.


so this is me,

and where are you?

my other half.







PERTANYAAN TERBESAR DALAM SEJARAH!

"kenapa setiap abis makan siang pasti NGANTUK?"

Cerita Surat Cinta

Rima Melati.
Ya, nama itulah yang tertulis di luar amplop berwarna biru muda ber-perangko burung garuda lima puluh rupiah.
Tulisan tangan-nya masih terlihat rapih. Serapih ingatan akan memori yang masih tersimpan jelas di dalam benakku.
Dia jugalah orang yang pertama kalinya mengirimiku surat cinta.

Untuk Kau Seorang,
Terimakasih atas kebersamaan kemarin. Aku sangat menikmati.
Bersepeda melewati tepi pantai, dan berakhir di taman kota. Menyenangkan.
Oh iya, jangan lupa janjimu.
Akan ada hari esok untuk bermain seperti ini lagi.
JANJI!

Hanya berisikan sepenggal surat. Tapi mampu membawa senyuman saat aku membaca-nya. Bahkan sampai detik ini. Walaupun sudah tiga puluh tahunan berlalu.
Rima Melati.
Wanita itu mampu mengalihkan duniaku. Gadis keturunan jawa-bali, dengan mata indah serta paras yang lembut. Ah, SEMPURNA.
Waktu itu awal bulan, ketika pertemuan kami berawal.
Dan segala sesuatu-nya bermula di Stasiun Kereta Api Solo Balapan, ketika sedang mengadakan perjalanan study-tour ke Jakarta waktu berseragam abu-abu.
Tak sengaja kita duduk bersampingan. Ah, klise memang. Tapi bukankah segala hal besar itu bermula dari hal kecil dulu?
Sementara kawan-kawan yang lain asik bercanda, kita tak saling bicara hingga kereta melewati tiga stasiun berikutnya.
Itu pun bermula ketika aku meminta cemilan padamu. Lucu kalau diingat, cerita kita berawal karena masalah perut.
Tapi hatimu memang sangat baik. Mungkin kalau kau tidak memberikan cemilan saat itu, tak ada obrolan lanjut dariku. Obrolan lanjut yang bersambung menjadi obrolan hati yang akhirnya membawa kita ke pelabuhan cinta.
Rima Melati.
Ketegaran-mu menggetarkan hatiku. Ketika wajahmu pucat pun, kau masih berusaha memberikan senyum di bibir merah.
Aku belajar banyak dari mu. Tentang bertahan, tentang kekuatan.
Ketika dinding rahim-mu diterpa badai, kau masih berusaha melengakapi aku dengan dinding cinta yang lain.
Dan air mata ku tak kuasa membendung kesedihan ketika kau akhirnya harus kalah.
Kalah pada kenyataan.
Tuhan memang memisahkan kita, tapi cinta tetap menyatukan. Aku dan Kau. Sampai saat ini.
Rima Melati.
Hari ini tepat tiga puluh tiga tahun kau luput dari pandanganku. Walau tidak dari hatiku.
Kupasang ransel, kulangkahkan kaki ke Stasiun Gambir.
Aku akan pergi ke tempat surat cinta ini bermula. Kantor Pos Besar kota Solo.
Akan ku ulang memori kita ke tempat-tempat dimana kita pernah menyemai cinta. Antara Solo dan Jakarta.
Tentu saja bersama ingatan akan imagi mu dalam surat cinta ini.
Rima Melati.
Aku akhirnya sampai di depan bangunan kantor pos. Bangunan megah berarsitektur Negara kincir angin ini sangat tua. Tua dalam arti kata sebenarnya.
Wajah bangunan itu lusuh. Sama seperti aku, Lama tak ada yang merawat.
Aku tahu perasaan bangunan itu.
Dapat kubayangkan ketika pertama kali kau menyambangi tempat ini. Dengan wajah berseri-seri mendekap erat surat cinta itu di pelukanmu. Membayangkan wajahku ketika aku akan membuka surat itu perlahan, dan mulai membacanyanya. Mungkin saat itu, kata BAHAGIA tepat menggambarkan dirimu.
Tapi lihatlah sekarang bangunan ini. Ada papan kecil bertuliskan: "Maaf, bangunan ini ditutup. Info lebih lanjut, hubungi via SMS, YM, Twitter atau Facebook. Tertanda: Kantor Pos!" yang terborgol dengan rantai di depan pintu masuk utama.
Ya, mereka telah merebut kenangan manis tentang kita. Tentang surat cinta ini.
Pantas tak pernah lagi kulihat sesosok manusia yang sedang dihinggapi panah cupid masuk ke tempat ini mengirim surat ke belahan hatinya. Jaringan nirkabel menggantikan semuanya.
Namanya, internet.
Rima Melati.
Walaupun waktu merubah semua. Tenang, kau akan selalu bertahan di hatiku.
dikembangkan dari: fiksimini RT @drivojansen: Maaf, bangunan ini ditutup. Info lebih lanjut, hubungi via SMS, YM, Twitter atau Facebook. Tertanda: Kantor Pos.

Friday, June 25

Bercinta Dengan Hujan

Friday, June 25

Hujan terasa cepat. Staminanya kendor.
Rintihannya belum kedengaran, tapi kenapa sudah selesai?
Apa mungkin hujan jarang olahraga?
Atau dia tidak menjaga pola makan?
Atau sedang kurang sehat?
Banyak kemungkinan.
Padahal aku sedang berusaha mencapai klimaks.
Di titik kenikmatan tertinggi, menikmati aromanya. Aroma hujan.
Sayang sekali. Semuanya menjadi tanggung.
Ayolah hujan, turun lagi. Kita bercinta, sekali lagi.
Kau yang akan memegang kendali. Aku pasrah.
Aku telentang, dan kau akan melintang.
Aku merona sementara kau meronta.
Aku merintih dan kau menagih.
Ternyata ini yang namanya nikmat!
Kau tahu bagaimana membuat aku menggelinjang.
Tak perlu rintik hujan yang panjang.
Yang penting permainan yang gemilang.
Biarkan saja keringat dan peluh yang mengucur.
Pura-pura saja tak tahu kalau mereka ada.
Lanjutkan saja permainan kita. Permainan cinta.
Lihatlah, kau datang lagi bukan?
Kau terpancing kata-kataku! Sudah kau siapkan dirimu?
Karena kali ini aku siap bercinta denganmu, hujan!

Cerita Jumat


Baru memejamkan mata empat jam. Matahari cepat sekali kau datang. Sebegitu rindunya kah kau padaku?
Ya Aku tahu, lama kita tak bermain bersama!
Indah sekali pagi ini, bukan? Bersisakan rintik hujan semalam, matahari pun enggan keluar. Awan kelabu, angin dingin merasuk kalbu!
Tapi pemandangan yang lebih indah lagi adalah ketika orang masih lelap beralaskan kasur, Aku harus mengalahkan rasa malas sambil berangsur!
'Kantong mata, tolong jadi anak baik hari ini' kataku pada diri sendiri.
Dan seketika aroma kopi susu di meja seperti sedang berusaha memanggil aku. 'Ayo, cepat nikmati aku!' godanya.
Aku pun tergoda. Kuseruput kopi susu itu. Nikmat memang dia. Rasa pahitnya membangunkan aku, sementara si rasa manis memberi semangat.
Kupasang alat pemutar musik. Kubiarkan Simphoni 18 gubahan Chopin menemaniku pagi ini. Alunan piano klasik mampu membawa rohku melayang.
'Ini baru surga dunia' pikirku. Hanya aku, aku dan aku. Menyelami kesendirian, merenungi hidup, membiarkan ruang pikiran dipenuhi semesta!
Tapi ternyata nikmatnya pagi itu terusik oleh sesuatu.
Mataku terbelalak melihat tajuk berita koran pagi: 'Ditemukan Jumat Sekarat!'.
'Jumat, ditemukan terbunuh pagi ini di kediamannya Perumahan Kalender. Penyebab dan pelaku pembuhan belum diketahui'. Aku tersentak kaget.
Kulihat gambar sesosok mayat di dalam koran ibukota itu. Darah dimana-mana. Tusukan berkali-kali di daerah dada. Berantakan dan suram!
Kalau melihat dari gambar sepertinya pelaku lebih dari satu orang. Terlihat, Jumat seperti habis dikeroyok.
Sejuta pertanyaan muncul!
Siapa yang tega melakukan ini? Apa motif dibalik pembunuhan ini? Bagaimana dia dibunuh? Sejuta pertanyaan melayang di kepala!
Hari berganti hari. Ini sudah memasuki bulan kedua. Dan kasus pembunuhan Jumat masih misteri. Titik terang belum tampak.
Aku cukup terpukul dengan kejadian ini. Ya, walaupun hubungan kami tidak intens. Tapi aku kenal sosok Jumat. Dia sangat menyenangkan.
Tiba-tiba muncul kabar cepat di TV. Kabar tentang kasus pembunuhan Jumat.
Pembunuh Jumat sudah ditangkap oleh pihak berwajib. Dugaan ku tepat. Pelakunya lebih dari satu orang. Cenderung banyak malah.
Ternyata pelaku adalah teman dekat Jumat sendiri. Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu dan Minggu. YA, merekalah yang membunuh Jumat!
Ketika ditanya apa penyebabnya, dengan santainya mereka jawab: 'Karena kami CEMBURU!'.
Aku heran. 'Apa isi otak mereka ini? Apa yang harus di cemburui pada Jumat? Dia tidak kaya harta. Tapi hati, iya!' pikirku.
'Apa yang kalian cemburu pada Jumat? Membuat kalian begitu benci padanya sehingga membunuhnya?' tanya penyidik kepada para tersangka.
'Awalnya kami bersahabat! Semuanya berjalan harmonis sampai suatu titik dimana semua orang senang pada Jumat!' jawab Kamis memulai cerita.
'Maksudmu?' tanya penyidik bingung. 'Kalian tak usah berpura-pura bingung. Kalian pikir kami bodoh? buta, tak melihat?' jawab Rabu.
'Membaca status "Terimakasih Tuhan, ini Jumat" atau "Hore, sekarang Jumat" sementara kami tak pernah diperlakukan seperti itu?' lanjutnya.
'Apalagi aku. Padahal aku tidak tahu apa salahku, tapi semua orang membenci aku. Ya, KALIAN SEMUA!' Senin ikut ketus.
Penyidik jadi semakin bingung. Sekarang dia yang dikeroyok oleh ungkapan curahan hati teman-teman Jumat. 'Ada benarnya juga' pikirnya.
Aku pun bingung. Alasan mereka benar juga. Aku merasa tertampar, mengingat update-an ku tadi pagi. Aku merasa turut andil membunuh Jumat.
'Baiklah mulai sekarang aku tidak akan membeda-bedakan mereka lagi! Bukankah semua sama? TERGANTUNG CARA KITA MENGHADAPINYA SAJA!' pikirku.

Tuesday, June 22

Tentang CINTA. Dan Bukan Ce I En Te A

Tuesday, June 22

Cinta itu satu.
Agar hati yang terikat
Tak akan pergi
Menyakiti hati yang lain
Cinta itu satuan.
Bagian terkecil dari kehidupan
Tapi membawa dampak besar
bagi orang yang dihinggapinya
Cinta itu tentang kesatuan.
Menyatukan yang berbeda
Menjadikannya indah
Dalam nama cinta
Cinta jangan dipisahkan.
Ibarat molekul yang membentuk senyawa
Ibarat alam semesta dan ruang kehidupan
Ibarat pembuluh vena dan aliran cairan berwarna merah bernama darah
Ibarat aku dan engkau
Karena kita satu satuan yang membentuk kesatuan.
Membentuk CINTA. Bukan Ce I En Te A.

Dialog: Aku dan Perut



Dialog I

Aku : Kejam sekali kau,perut!

Perut : Kenapa memangnya?

Aku : Lihat apa yang kau lakukan pada bocah tua itu?

Perut : Bocah mana? Tidak kau lihat uban di kepalanya dan kerutan di dahinya?

Aku : Usianya memang tua, tapi lihat kelakuannya? BOCAH.

Perut : Tapi kenapa aku yang disalahkan? Enak saja kau. Lagipula apa yang dilakukannya?

Aku : APA? Kau pura-pura tahu atau tidak mau tahu? Lihat ibu muda itu. Dia berteriak. Meronta. Dompetnya hilang.

Perut : Lalu kenapa aku yang kau salahkan? Itu urusannya. Derita dia.

Aku : APA? Dasar bedebah kau. Itu semua karena kau. Coba perutmu tak banyak meminta, tak akan bocah tua itu mencuri.

Perut : Tapi aku hanya meminta bagian ku. Tak banyak, tak lebih.

Aku : Tapi gara-gara permintaanmu yang tak banyak dan tak lebih itu, dia tak lagi memakai otaknya. KAU SUDAH MENGUASAI DIA, BAHKAN HATINYA.


Dialog II

Aku : sedang apa kau?

Perut : menikmati hidup

Aku : HAH? Tapi matamu sepertinya berkata tidak. Rona wajahmu seperti menggambarkan aura kelabu.

Perut : Baiklah, iya benar. Aku sedang MENCOBA menikmati hidup.

Aku : memang bisa?

Perut : (Mengangguk). Apakah kau tidak tahu kalau letakku dan hati dekat? Jadi kami udah saling melobi. Kalau hati sedang merana, akan kudatangi dia lalu kuhibur. Begitupun kalau aku sedih, pasti hati ikut sedih!

Aku : Ah, kalian pasangan teman yang aneh.

Perut : iya, aneh tapi nyata.

Aku : Lalu apakah dengan mengisi perut, maka kau akan bisa bahagia?

Perut : PASTI. Ketika aku senang, sinyal itu langsung kuteruskan kepada bibir agar dia tersenyum. Berhasil bukan?

Aku : Lalu bagaimana dengan otak?

Perut : Oh iya! (sambil menempelkan tangan ke dahi). Jaraknya agak jauh, aku kadang lupa mengirimkan sinyal kepadanya.

Aku : OH PANTAS!


PERINGATAN:
KUASAI PERUTMU, SEBELUM IA MENGUASAI HATI DAN OTAKMU!

Monday, June 21

Tentang Bedug. Dan Bukan Menjadi Budeg

Monday, June 21

kata siapa Tuhan tidak adil? DIA ITU ADIL.
setidaknya kalau tidak bagi kalian, iya bagiku.

mungkin kau tidak sepenuhnya berserah padanya.
lihat saja aku, bukannya aku sombong,

aku pasrtah lima hari sekali disiksa.
kau? berapa kali? sekali saja kau sudah mengeluh.
kalian manusia TERLALU SERING mengeluh.

kubiarkan mereka memukul aku.
tapi lihat hasilnya.

aku berhasil mengingatkan kaum mu untuk datang kepada-Nya.

tapi walaupun begitu,
kalian manusia masih sering berpura-pura.

berpura-pura sibuk,
berpura-pura lelah,
selalu beralasan.

apa suara rintihan siksaan ku kurang keras untuk memanggil kalian?

atau kalian yang sengaja mengeraskan hati?

namaku bedug, dan kuharap kalian tak budeg.



Kata Otak : Tentang Rindu

rindu itu ketika tidak ada dirimu, hanya bayanganmu.

ketika cinta pergi, hanya ada rindu tinggal tersisa.

rindu itu menyanyat hati pelan-pelan. menambahkannya dengan tetesan air cuka. sungguh menyakitkan

rindu adalah bahkan ketika mataku tertutup, bayanganmu tetap membuka pikiranku.

rindu itu sesimpel betapa aku kehilangan dirimu.

rindu itu ibarat daun kering di ranting. Antara mau jatuh atau bertahan. Tiada berpengharapan.

rindu itu laksana awan mendung yang menggantikan awan biru, menyisakan matahari yang tak tahu mau berlindung kemana?

rindu itu penyakit. dan bayangan mu lah obat penenangnya.

rindu itu bagai angin. tak bisa dilihat, hanya bisa dirasa.


rindu itu sederhana: aku, kamu, tak ketemu. |


rindu adalah pemikiran egosentrik. karena rindu tidak akan memutar waktu, pun mengembalikan yg lalu. |

rindu adalah angin dingin yg menyergapku di sore hari, lalu kudapati tubuhku menggelepar berdarah-darah. |

aku dulu pernah rindu padamu, setiap pagi dan menjelang kantuk terakhir.
|

rindu itu 1sdm harapan, 2 sdm pilu, kau aduk bersama air kenangan. Dan kau telan dalam keadaan dingin. |

Kamu, debu terhebat dalam otakku. Dan rindu, menambah sulaman jaring laba-laba di sudut hatiku. |

rindu itu perjuangan, melalui badai waktu tanpa genggaman tanganmu. |

rindu itu sepi dan batasnya adalah segaris cakrawala senyummu yang tertangkap retinaku.
|


jangan takut untuk merindu, justru takutlah ketika kau tidak punya seseorang untuk dirindukan.

S e l a m a t M e R I N D U !

Bermain Bersama Huruf dan Tanda Baca

aku tidak menulis. hanya membiarkan huruf dan tanda baca BERMAIN.
dunia ini luas. kehidupan pun sangat dalam. kubiarkan huruf menyelaminya, dengan memberinya ruang gerak. maka itu dia kuberi SPASI.
ketika aku tak bisa menjawab misteri kehidupan, kubiarkan huruf yang bertanya dengan TANDA TANYA.

layaknya warna yang terdiri dari berbagai spektrum. begitulah hidup dapat menyetrum mu! Biarkan huruf yang berseru dengan TANDA SERU.

tak kubiarkan huruf terburu-buru. penyesalan itu datang terlambat, kata mereka. maka kusisipkan tanda KOMA untuk menjaga lajunya.

tapi kadang perlu kepastian dalam hidup. kalau berakhir, ya harus berakhir. dan hanya tanda TITIK yang bisa tegas seperti itu.

belajar itu tak kenal siapa orangnya. maka kubiarkan huruf mengutipnya dgn TANDA KUTIP, agar yg bodoh jd pintar dan yg pintar tak membodohi!

ketika hati ingin bebas, raga ingin lepas. hanya huruf yang bisa dikurung dengan TANDA KURUNG.

walaupun huruf mengenal perbedaan dengan GARIS MIRING-nya, dia juga menjunjung persamaan dengan TANDA SAMA DENGAN-nya. sementara manusia?

apa ku bilang? MENYENANGKAN bukan BERMAIN BERSAMA HURUF dan TANDA BACA?
membiarkan ia bebas. lepas. jiwa pun ikut lemas.


20 Juni 2010, 08:28 pagi

Wednesday, June 16

Raport Kehidupan

Wednesday, June 16

Aku lelah harus bangun esok pagi. Tiap hari sekolah. Ya, sekolah ku namanya: KEHIDUPAN!
Sampai suatu hari aku menerima raport ku sendiri. RAPORT KEHIDUPAN!
Aku tidak terlalu pintar dalam Akuntansi. Ternyata menyeimbangkan neraca yang bernama kehidupan itu tidak semudah mengedipkan kelopak mata!
Tapi aku senang pelajaran Sejarah. Lihat saja bagaimana aku bisa menang melawan jutaan sperma di rahim ibuku, hingga ada sampai detik ini.
Begitupun Fisika. Tak perlu rumus Newton untuk menentukan energi. Aku percaya dimana kemauan disitu ada jalan. Namanya, kesempatan!
Pelajaran Kimia itu berlebihan. Reaksi kimia tak serumit itu. Dia hanya sesimpel, Aku. Jatuh. Cinta. Padamu. Titik.

Tapi aku suka pelajaran Bahasa Indonesia. Bermain dengan kata. Karena dia, nyata.
Geografi pun aku suka. Menelusuri alam pikiran, mengarungi lautan rasa. Menuju satu titik koordinat. Hatimu.

Dan aku pintar dalam matematika. Menambahkan kamu sebagai temanku. Mengurangi kesedihanmu. Membagi kepedihan dan mengalikannya jadi canda.

Belajar banyak dari Biologi. Bakteri bisa membelah diri. Ulat jadi kupu-kupu. Aku, makhluk Tuhan paling mulia pasti bisa tumbuh berkembang.

Aku pun suka pelajaran Sosiologi. Bagaimana membuka pikiran terhadap perbedaan. Menjadikannya indah, seolah-olah itu lumrah.

Dan ini yang paling penting. Mata pelajaran Agama. Menebalkan iman tanpa menganggap tipis iman kawan yang lain. Tuhan itu kasih, bukan?

Selesai kubaca raport ku. 'Besok, nilai hidupku harus lebih baik dari ini' ucapku dalam hati.
15 Juni, 01:19:28 Pagi.

Monday, June 14

Bermain Bersama Matahari: Tentang Menjadi Dewasa, Bukan Menjadi Tua.

Monday, June 14


07 Juni 2010, 17:07:29 Sore.

Kubangun dari kasur. Kuambil sepeda, mulai kukayuh dengan teratur.

Tidak, Aku tidak sedang mendengkur.

Menikung awan, melewati bulan. Bertegur sapa dengan bintang, dengan riang. Menemui matahari di bumi seberang.

'Matahari!' panggilku ketika bertemu dengannya.

'Maaf menggagumu, selagi kau bekerja. Berapa umurmu sekarang?' aku menyambar.

'Tenang anak muda, bernafaslah dulu!' jawab matahari. Dia menyuruh angin bertiup. LEGANYA! Pikirku.

'Jadi kau kesini buru-buru, hanya mau tahu berapa umurku?' tanya matahari sambil menggeleng. Aku menggangguk.

'Kalaupun kuberitahu, angkanya tak akan muat di mesin penghitung milik kalian manusia!' jawab matahari lagi. 'Oh ya?' sekarang aku bingung.

'Aku sekarang, 21tahun! Apakah aku sudah bisa dibilang dewasa?' aku memberanikan diri bertanya.

'Dewasa atau tidaknya bukan berpusat pada angka yang menempel di umurmu, anak muda!' jawab matahari. Kubiarkan dia yang mengambil alih.

'Tapi apakah otak dan hatimu mampu berjalan beringingan? Menembus waktu diantara dimensi kehidupan!'.

'Lalu berapa angka yang harus menempel pada diri seseorang, bilakah ia menjadi dewasa?' tanyaku lagi.

'Ingat anak muda, tua itu menjadi pasti, tapi dewasa adalah pilihan! Jangan kau tanya aku. Hanya kau yg bisa menjawab!'.

Aku selalu puas pada jawaban matahari. Kuambil sepedaku. Bersiap kukayuh, ketika matahari bertanya,' Mau kemana kau?'.

'Aku mau kembali ke peraduan. Menutup mata, dan menjadi dewasa ketika besok pagi kubuka mata!' jawabku tertawa lebar.

Aku siap menjadi dewasa.
DRIVO JANSEN © 2014