Sunday, December 4

Kita, Menyerah Kalah

Sunday, December 4
@sheviona
seperti mau menyerah, kalah.
aku bertahan mungkin karena terlalu lelah untuk melangkah, itu saja.

@drivojansen
entahlah, apa aku kurang berserah?
atau apa aku sebaiknya pasrah?

@sheviona
pasrah? dalam cuaca seperti ini? Beku nanti hatimu.
terlalu dingin balasnya untukmu.

@drivojansen
biar saja aku mati dalam beku.
sudah terlalu lama menahan rindu.
mana hangatmu yang dulu?

@sheviona
Hilang.
ditelan batas waktu saat kamu menuliskan "sekarang" dan "dulu".

@drivojansen
kita selalu menyalahkan waktu atas hati yang tak kunjung satu.
kak ada lagikah pintu menuju restu?

@sheviona
restu siapa lagi harus kutunggu, sedangkan arah kita beda.
kak juga berpapasan di titik yang sama?

@drivojansen
secepat itukah kau menyerah?
bukankah perjuangan tak kenal darah?
lantas kenapa harus marah pada perbedaan yang semakin parah?



{semuanya berawal dari berbalas-balas mention dengan @sheviona}



Sunday, November 27

Tower Fetish

Sunday, November 27
Ini dia oleh-oleh dari @JalanKaki di sekitar Kuningan, tadi pagi.

Yes, I'M A TOWER FETISH! Like who doesn't?








pictures taken from Blackberry Dakota, edited via www.picnik.com




Wednesday, November 23

Oleh-oleh dari Wordisme

Wednesday, November 23
Dan semuanya berawal dari e-mail balasan diatas.

Kesempatan itu datang juga. Ya, workshop menulis pertama saya. Gak pernah membayangkan sebelumnya akan mengikuti coaching menulis oleh penulis handal macam Alberthiene Endah, Djenar Maesa Ayu, Clara Ng, Raditya Dika, Ollie Salsabeela, dan lain-lain.
Banyak sekali ilmu yang didapat. Dan semua pembicara kompeten di bidangnya.
Ada Petty Fatima dan Reda Gaudiamo yang jadi pembicara untuk Pelatihan Jurnalisme Pop yang kasih tahu tips-tips menulis untuk majalah. Tahu dulu specialty menulis kita di bidang apa, lalu cari tahu gaya penulisan majalahnya kalau kita mau jadi kontributor.
Gara-gara mereka, saya jadi menyesal, seharusnya mengambil jurnalisme sebagai major di kuliah, bukan nyasar dan merana di jurusan pajak seperti sekarang. Yabaiklah, malah curhat! Life goes on, anyway!
Dan Mbak Reda Gaudiamo itu menyenangkan. Santai (baca: kocak) tapi berisi.
Terus ada Mbak Alberthiene Endah yang memberikan pelatihan untuk menulis biografi. Akhirnya ketemu juga, biasanya cuma lihat di timeline dalam bentuk 140 karakter.
Alberthiene Endah mengajak kita menulis untuk menggali hati. Karena bukan peristiwa bagian penting dari bagian hidup seseorang, melainkan emosi.
Ada Ollie Salsabeela dan Raditya Dika yang juga mengajak kita meraih sukses lewat blog. Dan terbukti mereka sudah banyak sekali mendapat kesempatan-kesempatan yang menyenangkan hanya berbekal blog. Ini sesi yang paling seru. Berasa nonton Stand-Up Comedy. Udah bergeser gw rasa otaknya si Raditya Dika ini. Asli kocak!
Lebih baik menulis satu halaman jelek daripada nol halaman kosong. Dan dalam menulis blog, lo gak perlu jadi yang lebih baik, lo cuma perlu jadi berbeda.
Ada juga Mbak Djenar Maesa Ayu dan Clara Ng, juga para editor handal macam Hetih Rusli dan Windy Ariestanty yang ngajarin cara menulis fiksi.
Menulis fiksi memang menggunakan hati dan perasaan, tapi jangan lupa juga teknik menulis -macam plot, setting, karakter tokoh dan lainnya.
Dan saya selalu kagum sama Djenar Maesa Ayu. Orangnya santai, cenderung rock and roll malah. Dan selalu penasaran, kira-kira apa ya isi otaknya. She's living life to the fullest!
Lalu ada juga Salman Aristo, Aditya Gumay dan Alexander Thian yang memberikan pelatihan tentang menulis skenario. Tapi saya cukup sedih tidak bisa mengikuti sesi ini karena harus pulang duluan karena masih ada acara berikutnya di Cibubur. Tapi saya yakin, ilmu yang diberikan pasti sangat berguna.
Ah, padahal pengen banget dapet ilmu dari Salman Aristo.
Workshop menulis yang sangat menyenangkan. Salut kepada Alberthiene Endah dan Ollie Salsabeela yang udah menjadi penggagas acara ini. Juga kepada semua panitia (@monstreza, @gembrit, @dll, @dkk).
Dimulai dari mendengar, membaca, berbicara dan terakhir menulis. Ya, tingkat yang paling sulit di antara semuanya.
Mungkin bagi saya menulis adalah takdir. Ini bukan sebuah kegiatan, tapi kebutuhan.
Bukan pula sekedar mimpi. Tapi juga mengalir dalam darah, berwujud huruf dan tanda baca.

Yes, Word. Is. Me!

Sunday, November 13

ASUS X101: Proper Netbook For A Social Media Addict

Sunday, November 13
ASUS Technology baru saja mengeluarkan produk netbook terbaru mereka, Eee PC X101. Netbook 10" tertipis di dunia.

Bayangin aja, dengan layar 10" dan ketebalan kurang dari 17.6 mm sertaberat kurang dari 920 gram- BUSET? enggak nyampe 1 kilogram? -
kurang tipis dan ringan apacoba? Cocok buat mereka yang selama ini mengeluh dengan netbook yang cukup berat.


picture from www.id.asus.com


Kalau soal prosesor? Tak usah ragu karena
Eee PC X101 sudah dilengkapi sistem operasi MeeGo yang dikembangkan oleh Intel. Juga terpasang memori DDR3 1GB dan Solid State Drive 8GB untuk proses penyimpanan data. Jadi gak usah bingung kalo mau save data musik, gambar atau file lainnya. Pasti muat!

Suka menulis di Blog? Twitter-addicted? atau cuma sekedar pengen eksis di Facebook?
Eee PC X101 cocok banget buat kamu. Karena di netbook ini sudah terintegrasi dengan sistem operasi MeeGo. Dengan fitur ini, situs jejaring sosial bisa langsung ditampilkan di desktop. Jadi kamu bisa langsung melihat current-updates secara langsung. Gak ada lagi deh yang namanya ketinggalan berita atau info di dunia maya.
Eee PC X101 juga punya ASUS App Store (Semacam Apple Store kalo untuk produk keluaran Apple; Android Market untuk handphone Android). Dimana di ASUS App Store ini banyak aplikasi menyenangkan yang bisa di-download. Games, themes, you name it!
Nah, setelah download aplikasi atau file tadi, gak usah bingung. Karena di Eee PC X101 tersedia Dropbox online. Jadi kamu gak perlu repot-repot menyimpan dan mensinkronisasi file antara desktop, netbook dan smart phone.
Belum selesai sampai disitu. Di Eee PC X101, selain 'bermain-main' dengan jejaring sosial, kamu juga bisa belajar karena di netbook ini ada aplikasi belajar bahasa inggris dari British Council. Aplikasi ini berbentuk game interaktif, video dan MP3 yang sudah di-install langsung. Menyenangkan bukan? Bermain sambil belajar.


picture edited from www.id.asus.com


Soal harga?
Eee PC X101 dipasarkan di Indonesia dengan harga yang sangat terjangkau yakni kurang dari Rp.1.800.000,-

Kalo mau tahu informasi lainnya tentang produk ASUS Technology, silahkan kunjungi Facebook Asus Indonesia atau follow Twitter Asus Indonesia.
Netbook ringan dan tipis, fitur 'bermain sambil belajar' yang asik, Harga terjangkau.

Enggak mungkin kamu gak tertarik! Aku aja tertarik banget!


Thursday, November 3

Kelabu

Thursday, November 3


kamu, menggerogot kalbu lalu hilang menjelma debu
dan aku sekarat karena rindu
kelabu.



Aku, Kusut.

Tali rinduku sedang kusut.
Tolong kau urai hingga susut.
Jangan takut, jangan biarkan senyumu ikut surut.

Pikiranku carut marut.
Tak mempan lagi candu kopi yang kuseruput.
Hanya ingin disampingmu hingga malam larut.

Mungkin aku memang pengecut.
Karena hanya lewat doa dan sujud, namamu berani kusebut.

Aku akan menemani hingga wajahmu berkeriput.
Melewati badai hidup dan angin ribut.
Hingga Tuhan-pun akhirnya salut.

Sudah, jangan lagi kau cemberut.
Mana senyummu? Aku ingin tenggelam di dalamnya, hanyut.




Monday, October 17

Antologi Cerpen : Rahasia Rindu

Monday, October 17
Setelah proses dan perjuangan yang cukup panjang oleh - , dan - akhirnya lahir sebuah mimpi!

TELAH TERBIT! Antologi Cerpen:
| ISBN: 978-602-225-137-8 | tebal: viii+149 halaman.


Antologi Cerpen , berasal dari coretan yang kemudian dikembangkan dalam bentuk cerita pendek. Awalnya dikumpulkan dalam blog www.ceritapendekfiksimini.blogspot.com - kemudian dipilih beberapa cerpen pilihan. Maka lahir, Antologi Cerpen: .

Para kontributor dalam Antologi Cerpen: antara lain - | | | | | | | | | | | | | dan ada saya sendiri, Drivo Jansen.

Kalian mungkin gak ketemu sama cerita menye-menye ala teenlit di Antologi Cerpen ini. Tapi twist menarik ala .

Berikut ini adalah beberapa kutipan dari cerita yang ada di dalam buku:



Antologi Cerpen , 17 penulis dengan kisah beragam. Seperti permen nano-nano, berbagai rasa ada, membuat ingin terus mengulum. Kisah-kisah di-revisi agar lebih LAYAK dan PANTAS untuk dibukukan! Hingga kami akhirnya berhasil menerbitkan buku impian ini.

"Antologi Cerpen: , kegilaan pikiran cerdas anak muda yang penuh pemberontakan." - Joni Ariadinata (Redaktur Majalah Horison)


"Antologi Cerpen: , imajinasi iiar dari dunia gaib sampai hubungan cinta antar manusia yang pelik." - Aditia Yudis (Novelis)

Terimakasih kepada semesta, juga Penerbit LeutikaPrio () yang udah berhasil melahirkan Antologi Cerpen: . ANTOLOGI CERPEN: SEKARANG! Antologi Cerpen: juga udah di-review di GoodReads - sila baca di - udah, gak usah ragu lagi!

Harga Antologi Cerpen cuma Rp.36.300 (belum termasuk ongkos kirim) - murah kan? udah dapat bacaan fiksimini yang asik. Oh iya, pemesanan diatas Rp 90.000,00 BEBAS ONGKOS KIRIM. Tunggu apa lagi? Buruan PESAN!

Buku ini, sejauh ini baru bisa dipesan via online. Kalau mau pesan, sila mention saya via twitter / wall / message via facebook - link twitter dan facebook ada di pojok bawah blog ini - atau kalian bisa juga kirim email ke drivojansen(at)gmail(dot)com.


Sunday, October 9

Hadiah Sebuah Percakapan

Sunday, October 9
TUHAN sudah bergabung dalam percakapan.
@AnakBaik : BUZZ!
TUHAN sedang mengetik pesan.
@AnakBaik : BUZZ!
@TUHAN : Sabar sedikit, anak muda. Tak bisakah kau lihat tanda pemberitahuan di atas bahwa aku sedang mengetik?
@AnakBaik : Maaf, TUHAN. Tapi aku sedang terburu-buru, ingin segera mendapat jawaban dari-Mu.
Hampir 15 menit @TUHAN tidak membalas sejak percakapan terakhir. Dan aku mulai gusar, hanya bisa memandangi layar.
@TUHAN sedang mengetik pesan.
Akhirnya DIA muncul juga, pikirku.
@TUHAN : Ada berapa jumlah penduduk di muka bumi ini?

SIAL, pikirku dalam hati. Tapi aku sedang tak ingin berbasa-basi. Aku menggeleng.
@AnakBaik : Aku kurang tahu. Sekitar enam miliar mungkin?
Bukannya menjawab pertanyaan-NYA, aku malah balik bertanya.
@TUHAN : [mengirimkan emoticon senyum sambil menggeleng]
BAH! TUHAN punya selera humor juga, pikirku lagi.
@TUHAN : Kita anggap saja jawabanmu benar, enam miliar penduduk bumi. Anggap saja mereka punya satu permintaan, maka ada berapa jumlah permintaan yang masuk ke kontak percakapan-KU?
Aku mulai berpikir.
@TUHAN : Tapi bukankah manusia adalah makhluk yang tidak pernah puas? Tidak mungkin hanya satu permintaan mereka, betul?
Aku mulai menggangguk setuju.
@TUHAN : Bisa kau bayangkan permintaan mereka dalam sehari? Sejam? Semenit? Berapa banyaknya, kau yang menghitung.
@AnakBaik : [mengirimkan emoticon bendera putih]
@TUHAN : Maka itu, tenang saja. Tugasmu hanyalah menunggu. Tak perlu kau paksa Aku dengan BUZZ! berkali-kali. Aku tak akan lupa tiap detil permintaanmu. Semuanya tersimpan dalam History-Record percakapan kita.
Aku tetiba malu.
@TUHAN : Aku punya hadiah untukmu. Yang sudah kau tunggu-tunggu. Namanya @GadisManis. Aku sudah mempersiapkan kesempatan agar kau bisa mendekatinya. Ini kan permintaanmu?
@AnakBaik : [mengirimkan emoticon senyum dengan pipi merah] Maaf, TuUHAN, kalau mungkin selama ini aku bertindak kurang sabar.
@TUHAN : [mengirimkan emoticon senyum] Ingat, Aku pasti menjawab segala permintaan kamu. Entah itu dengan jawaban 'YA', 'TIDAK' ataupun 'MENUNGGU', tapi satu yang pasti, Aku pasti akan menjawab.
Nama itu memang permintaanku. Namun, percakapan ini adalah hadiah sesungguhnya.
Tak sanggup lagi jemari ini untuk mengetikkan tombol-tombol di keyboard. Dan aku hanya bisa membalas percakapan terakhir dengan TUHAN lewat air mata.

Saturday, October 8

Jendela & Hujan

Saturday, October 8

terserang candu.
dililit rindu.

hanya bisa mengintip dari celah.
menanti dari balik jendela.

angin berbisik keras.
warna awan tak lagi selaras.

udara menguap jadi rintik air.
dan jutaan rasa ikut mengalir.

aku, kemarau berkepanjangan.
kau, rintik hujan yang membasahinya.



[pesan kosong]

mohon maaf,
tapi anda tidak menerima pesan masuk.

Thursday, October 6

Pesan Dalam Sepotong Telur Dadar

Thursday, October 6
Pasar sudah ramai sepagi ini. Dan aku sudah siap dengan keranjang belanja dan notes kecil berisikan apa saja yang akan dibeli.

Aku mulai memberi tanda centang pada barang-barang di dalam list yang sudah kubeli. Dan, selesai!

Sekarang waktunya ber-eksperimen di dapur, pikirku.

Kupecahkan beberapa butir telur. Kukocok singkat. Kutambahkan sedikit garam dan kornet sebagai variasi. Begitu pula dengan irisan cabai yang dipotong kecil. Lalu kumasukkan dalam wajan yang sudah berisi minyak panas. Siap untuk digoreng.

Voila! Jadilah telur dadar pertama buatanku.

Kumasukkan ke dalam kotak makan dan kubungkus dengan pita.

Kutempelkan sebuah kartu ucapan selamat ulang tahun di atasnya.

"Selamat ulang tahun ayah, Ayah pasti sekarang bangga sama aku!" ucapku dalam hati.

Kuletakkan kotak makan berisi telur dadar tadi di atas nisan kubur ayah.

"Semoga ayah gak keasinann yah!" tak terasa air mata meluncur cepat dari pipiku.

Hari ini tepat hari ulang tahun ayah. Dan aku tahu di atas sana Ia pasti bangga padaku sekarang.

"Anak cewek itu mbok ya bisa masak! Ya minimal bikin telor dadar!" itu pesannya yang masih terngiang-ngiang di kepalaku hingga kini. Dan aku sudah menunaikannya.

Saturday, October 1

Ritual Malam Minggu

Saturday, October 1
Matahari tampak lewat celah jendela. Dia seolah mengejek aku yang masih tergeletak pasrah di atas buntalan kapas ini.
09.45
Aku melihat jarum jam. Untung hari ini hari Sabtu, hari paling nikmat diantara hari lainnya karena aku bebas menikmati hidup tanpa harus diburu oleh waktu. Dan ini yang paling nikmat, tak perlu repot-repot mandi pagi.
Hampir setengah jam aku berguling-guling di atas kasur, kesana-kemari.
12.05
Apa? Ternyata mataku tertutup kembali rupanya. Entah mantra apa yang dirapal oleh kasur hingga mataku lengket dibuatnya? Malaskadabra, mungkin.
Kurasa, kalau saja perut ini tak meraung-meraung berteriak kelaparan, mungkin aku tetap lebih memilih masih berdiam di atas kasur ini.

13.25
Mana telepon genggamku? Sudah hampir setengah hari, kenapa dia tak menampakkan tanda-tanda kehidupan?
Sekalinya dia berbunyi, SMS dari operator seluler ternyata.
Perasaan paling perih dari seorang jomblo adalah perasaan akan kurangnya perharian.
13.55
Aku mulai menyalakan layar segiempat berukuran dua puluh satu inchi. Namun berkali-kali juga aku menekan tombol angka pada remote-control. Tidak ada tayangan menarik. Hanya ada tontonan sampah? Kenapa harus ada tayangan berita di hari yang seharusnya dipenuhi suasana santai macam begini?
15.45
Aku kembali melirik telepon genggam. Berharap ada secercah harapan, siapa tahu ada SMS nyasar berujung pacar. Bukan, ini bukan tentang rhyme.
Ternyata masih tetap kosong.

17.05
Hah? Ternyata sudah jam segini. Sebentar lagi aku akan melaksanakan ritual malam minggu. Ya, ritual.
Jika melihat frekuensi betapa sering aku melakukannya.
Sial kalian! Jangan menertawai aku. Kalian pikir hanya karena aku jomblo, lantas aku tak bisa bermalam-minggu?
17.15
Aku buru-buru mandi. Tak pernah aku sesemangat ini kalau berurusan dengan hal yang satu ini.
17.35
Aku sudah bersiap. Pakaian terbaik yang kukenakan. Parfum sudah kusemprot berkali-kali.
Pria mana yang mau mengecewakan teman kencannya?
18.00
Matahari sudah kembali ke peraduannya. Pertanda sudah memasuki Waktu Indonesia Bagian Malam Minggu.
18.50
Baiklah, saatnya aku berangkat. Meninggalkan dunia nyata. Menuju dunia maya. Selamat melaksanakan ritual malam minggu, semuanya!

Thursday, September 29

Dipertuan Siapa?

Thursday, September 29
Lima menit sebelum bel pulang sekolah berbunyi. Tiba-tiba handphone-ku bergetar. Sebuah pesan singkat masuk.
Aku tunggu kamu di depan gerbang.
Begitu isi pesan singkat tersebut. Aku hanya bisa mengangguk sambil tersenyum simpul.
Setengah berlari kecil aku mendekat ke arah pintu gerbang. Tampak dia sudah berdiri tegak berpayungkan sebelah telapak tangan yang menutupi sebagian wajah. Takluk di bawah terik matahari.
"Kamu terlambat sepuluh menit! Jadi harus traktir aku es cendol!" sahutnya setengah merajuk.
Dan aku hanya bisa tersenyum mengangguk.
Mana bisa aku menolak rajuk yang sudah diselipkan senyuman maut macam begitu. Gantian sekarang aku yang takluk.
Lalu kami berdua berjalan menuju kantin sekolah, tempat es cendol terbaik yang pernah ada. Entah susuk apa yang dipakai abang penjualnya.
"Es cendolnya satu aja, Bang!" sahutku ke arah si abang penjual.
"Loh? Kok cuma satu, kamu gak ikut minum?" dia bertanya kebingungan sambil mengerutkan dahi.
"Enggak usah! Lihat kamu minum aja aku udah kenyang kok! Coba senyum, nah kan senyum kamu masih lebih manis dari es cendolnya!"
Tiba-tiba dia melempar gumpalan tissue yang dari tadi digenggam tangannya. "Gombal!"
Memang benar kata orang, waktu seakan lebih cepat jika dihabiskan dengan orang yang kita sayang. Setengah jam sudah kami di kantin ini. Lalu kami melangkah pulang.
Entah apa yang sengaja dirancang semesta, namun rumah kami berdekatan. Hanya berjarak beberapa gang. Takdir atau jodoh? Entahlah.
Dan tiba-tiba dalam perjalanan pulang, tiba-tiba kaki kami melangkah masuk ke sebuah warung internet.
"Kok tiba-tiba ke sini?" dia kembali bertanya sambil mengerutkan dahi. Dan aku hanya bisa mengangkat bahu.
Ruangan tertutup yang cukup sempit untuk dijejali sepasang remaja berseragam sekolah.
Aku mengambil alih menggerakkan mouse. Namun tetap dia yang memberi intstuksi kemana kursor harus diarahkan.
Ya, pria memang masih dijajah wanita rupanya.
Mulai dari membuka situs Friendster hingga kolom mIRC, semua sudah kami jelajahi. Bosan juga ternyata memberi kesaksian yang hanya ala-kadar-nya atau sekedar basa basi menjaga silatuhrahmi.
"Ih, kamu kenapa? Kok senyum licik gitu?"
Tiba-tiba aku mendapat ide nakal. Kuarahkan kursor ke baris penunjuk alamat situs.
"Coba kamu tutup mata dulu! Aku ada kejutan." pintaku sambil menghalangi pandangannya dengan badanku.
Kuketik cepat alamat situs yang ada di otakku. Kubiarkan memuat sebentar hinggal seluruh gambar utuh sudah tampil di layar.
"TADDAAA!" sahutku terkekeh sambil menggerakkan badan yang menghalangi pandangannya.
Dia hanya bisa melongo melihat layar komputer. Tidak bisa berkata apa-apa.
Sepasang pria dan wanita telanjang dengan posisi menantang sedang menatap kami dari dalam layar.
Dan sekali lagi, benar kata orang, jika dua orang yakni pria dan wanita sedang bersama maka setan akan turut hadir sebagai orang ketiga.
Rasa penasaran yang berkuasa atas kami.
Kadang tertawa, kadang ikut meringis kesakitan, kami menikmati tiap cuplikan video yang bergerak di depan mata.
Dan entah ide darimana, tiba-tiba aku mendaratkan tanganku di atas pahanya. Kugerakkan perlahan ke atas.
Ternyata dia masih sadar. "HEH!" sahutnya sambil menepis tanganku.
SIAL! Pikirku dalam hati.
Aku coba membujuknya, kubiarkan kali ini mata yang berbicara. Dan ya, mata memang selalu berkata jujur!
Tiba-tiba dia meletakkan tanganku di dadanya.
Dan sekarang aku yang kelagapan. Bingung entah harus berterimakasih pada Tuhan atau setan.
Aku mulai menikmati ritme permainan.
Kugerakkan perlahan tanganku. Pelan-pelan bibirku kudaratkan di bibirnya.
Mata terpejam tak melihat apa-apa, namun hati merasakannya. Jantung berdegup bepuluh kali lebih kencang.
Tak peduli lagi pada video bergerak di layar, kami sudah punya gerakan sendiri. Berusaha tak menimbulkan suara sekeras mungkin.
Aku mulai mengulum bibirnya. Namun sudah terlebih dulu aku mengulum hatinya.
Dan inilah ciuman pertama kami. Setelah hampir tiga bulan merasakan kebersamaan.
Entah siapa yang menjadi tuannya, apakah cinta atau nafsu? Tapi yang pasti, bilik sempit serta layar komputer ini jadi saksinya.

Tuesday, September 27

#nowplaying | Lagu Itu

Tuesday, September 27
"When I need you, I just close my eyes and I'm with you. Its only a heartbeat away." - Rod Steward


lagu itu.
kala kita berbagi headset.
lalu kau mulai. memejamkan mata dan menikmati.
sementara aku mulai menjentikkan jari sambil memandangi matamu yang terpejam.
menikmatinya lebih dari lagu itu.

lagu itu.
lirik yang bercerita tentang kita.
nada yang mengalun untuk merayakan kita.

tentang rasa.
tentang cinta.
tentang kita.

namun sekarang,
tak ada lagi berbagi headset maupun mata terpejam.

tinggal kenangan,
dan lagu itu.


(P.S: bahwa sesungguhnya terdapat curhat terselubung dibalik hashtag #nowplaying)

Saturday, September 10

cuplikan #dramathriller

Saturday, September 10
STAPLES AJA AKU, STAPLES!
KALO ITU BISA BIKIN KAMU NEMPEL KE AKU.


--

KALO UDAH GAK SAYANG LAGI, DORONG AJA AKU KE JURANG!
DARIPADA TERUS DIGANTUNG DI TEBING TINGGI EGO KAMU.


--

TUSUK AJA AKU SEKALIAN PAKE PISAU.
DARIPADA KAMU BUNUH AKU PAKE JANJI MANIS KAMU!


--

BAKAR AJA AKU SEKALIAN.
PERCUMA TATAPAN MATA KAMU BIKIN MELELEH
KALO CUMA CURI-CURI PANDANG DOANG.


--

GUNTING AJA RAMBUTKU ASAL-ASALAN.
DARIPADA KAMU GUNTING HARAPANKU BERSANDING DI PELAMINAN SAMA KAMU.


--


BELAH AJA DADAKU.
BIAR KAMU PERCAYA DI HATIKU CUMA SATU NAMA, YAKNI KAMU.

--

BELAH AJA OTAKKU.
BIAR KAMU TAHU CUMA ADA KAMU DI SITU.

--

JAHIT AJA BIBIR AKU.
BIAR GAK MELAFAL DOA SAMBIL MENYEBUT NAMAMU LAGI.

--

TABRAK AJA AKU SEKALIAN.
BIAR AKU BISA KAMU BAWA LARI.

--

KURUNG AJA AKU.
AKU RELA! BIAR AKU GAK KELUAR DARI HATI DAN PIKIRAN KAMU.

--

CEBURIN AJA AKU SEKALIAN DI SAMUDERA PASIFIK.
DARIPADA KAMU TENGGELAMKAN AKU LARUT DALAM KESEDIHAN.

--

SIRAM PAKE BENSIN AJA SEKALIAN.
DARIPADA KAMU BAKAR AKU PAKE API CEMBURU.


Monday, September 5

Metamorfosis Rindu

Monday, September 5
Ketika kita bertemu.

Mata
Bibir
Hati

Semuanya mencurahkan rindu

Limpah ruah
Mengisi udara
Melayangkan jiwa

Tanpa terasa,

dia terbang terpencar
berserakan dibawa angin

Lalu kita berpisah sejenak
sepakat mulai mencari rindu

Berpetualang

melintasi jarak
melewati waktu

Hingga akhirnya kita kembali bertemu
dan mendapati rindu

Begitulah seterusnya
metamorfosis rindu.



[Book Review] Antologi Rasa : How Brave Are You To Reveal Love?




"Addiction on your own risk!" -- Peringatan ini harusnya ada di sampul belakang / samping dari buku Antologi Rasa, karangan Ika Natassa ini. Karena percaya atau enggak, ini yang saya (dan mungkin beberapa pembaca lainnya) alami dan rasakan.

Cerita yang diangkat tidak jauh seputar persahabatan dan cinta namun dikemas dengan ciamik. Antara Harris, Keara, Rully dan Denise

Bahasa yang digunakan pun cukup sederhana, tidak terlalu sastra berat atau tidak juga terlalu menye-menye. Juga ada beberapa gabungan frasa dalam bahasa inggris yang juga cukup dimengerti. Dan banyak quotes yang terasa JLEB! . Oh iya, suka banget sama ide judul per chapter-nya. Omong-omong itu bahasa apa, Mbak Ika?

Nama-nama tempat atau kejadian di dalam Antologi Rasa ini juga cukup nyata. Seolah-olah kita ikut merasakan. Seperti F1 Race di Singapore, John Mayer in Concert di Manila dan banyak nama tempat lainnya.

Dan yang paling takjub, penulis sangat cerdas, karena menulis cerita dengan point of view sebagai orang pertama dari masing-masing tokoh. Jadi semacam membaca pikiran yang berasal dari isi kepala Rully, Harris atau Keara. Good Job, Mbak Ika!

Karakter tokoh di buku Antologi Rasa ini pun sungguh menyenangkan.

Harris, gambaran anak muda Jakarta jaman sekarang. Dia punya tampang dan karir, cewek mana yang gak bakalan klepek-klepek sama dia.

Keara, gadis metropolitan yang hobi fotografi, juga ternyata punya sisi malaikat di samping hobi hedon-nya.

Rully, cowok kalem dan sopan, juga terobsesi dengan olahraga. cewek mana yang gak mau punya tipe suami ideal kayak dia.

Atau Denise, wanita soleha yang ditindas secara batin oleh suaminya yang suka berselingkuh.

Empat karakter dengan berbagai intrik mulai dari isu persahabatan sampai cinta dengan satu permasalahan: Mengungkapkan Cinta!

Kadang kita terlalu banyak berpikir soal waktu, tempat atau momen
yang tepat untuk mengungkapkannya. Padahal ada ketakukan di balik itu semua.

Ya, saya selalu percaya bahwa butuh keberanian yang besar untuk mengungkapkan cinta sejati.

Makanya kalau ada yang dengan gampangnya menodong ungkapan cinta, then I believe that is just a piece of, sorry to say, bullshit!

Makanya itu, hal yang bisa kita lakukan cuma menunggu dan berharap. Cinta punya waktunya sendiri.

Ah, kalian lebih baik buruan baca dan ngerasain JLEB! sendiri.



ini salah satu quote favorite saya:

Aku menyembah kamu seperti berhala,
dan menjadi atheis bagi perempuan-perempuan lain.



Sunday, August 28

Kita. Pasar Malam. Suatu Saat Nanti.

Sunday, August 28
gambar via google - (halorats.blogspot)


Aku ingin suatu saat nanti mengajak kau berjalan-jalan ke pasar malam. Hanya aku dan kau, kita berdua. Pun tidak dengan bayangan satu sama lain. Meninggalkan duka dan lara. Juga beban yang ada. Hanya membawa diri serta tawa dan canda.

Kita mulai menikmati kembang api yang menyala. Sambil tertawa di atas bianglala.


Aku akan mengajarimu untuk tidak takut lagi dengan makhluk bermulut lebar, berambut keriting, bernama badut. Merayumu agar mau foto bersamnya. Menenangkan teriak kecilmu sambil meyakinkan bahwa aku masih disini, bersamamu.
Setelah itu kita mencoba segala permainan. Mulai dari lempar bola berhadiah boneka beruang hingga ikut meramal segala.

Ah, iya. Tidak ketinggalan hal kesukaanmu. Permen gula kapas berwarna merah muda itu. Aku selalu tertawa terbahak mendengar kau menyebutnya 'permen rambut nenek'. Entah dari mana kau dapatkan nama itu.


Tak peduli terhimpit desakan di tengah kerumunan. Hingga tanpa sadar tangan kita saling menggenggam. Takut tersesat, takut kehilangan.



Sunday, August 21

Wajahmu, Imagi Sempurna!

Sunday, August 21
aku ingin menjumput secuil matahari
melukiskannya di pipimu
membuatnya merah merona

aku ingin meracunimu
dengan abjad penuh cinta
yang berbaris mesra menuju telingamu

aku ingin melayangkan kecup
tepat di keningmu
agar kau tahu rasanya terbang

aku ingin berbicara lewat matamu
langsung tepat ke hatimu
membuatnya berdetak lebih cepat


aku ingin merasakan surga
lewat lembut bibirmu
mengalir ke sekujur aliran pembuluh darahku

Dan wajahmu, imagi sempurna yang terlintas dalam bayang wajahku!



Wednesday, August 17

Pancasila, Sakral!

Wednesday, August 17
17 Agustus 1945

kain merah putih itu dijunjung
berkibar di tempat paling tinggi
hati rakyat Indonesia

terdengar rayuan pulau kelapa
bahkan nyiur ikut melambai

suka atas rasa bebas tertindas
lelah atas kerja terjajah

berdiri atas tanah yang sama, tanah Indonesia.
berlindung dalam rumah yang sama, Pancasila.
menatap ke langit yang sama, dimana Garuda dapat mengepakkan sayap setinggi-tingginya.

18 Agustus 1945 - 16 Agustus 2011

mungkin Garuda tak lagi menoleh ke kiri
melainkan tertunduk lelah
meneteskan air mata

rumah itu hampir rubuh
ya, rumah tempat kita berlindung dulu
Pancasila itu

atapnya tak lagi berlandaskan Ke-TUHAN-an, namun ke-ORMAS-an
dinding keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia tak lagi berdiri kokoh. timpang!
bahkan parahnya lagi, hampir tak ada pintu menuju persatuan Indonesia

17 Agustus 2011

Hari ini,
kain merah putih itu dinjunjung kembali
teringat 66 tahun yang lalu
dimana haru dan semangat bertemu

memupuk semangat
menuai optimisme
mengesampingkan perbedaan

demi mimpi yang sama
bhineka tunggal ika





Tulisan ini dibuat sebagai kado bagi Republik Indonesia, Dirgahayu yang ke-66
Semoga tak ada lagi penjajahan dalam bentuk apapun di muka bumi Indonesia





Sunday, August 14

Apa Ini Cinta?

Sunday, August 14

Apakah ini cinta?

Ketika aku disini dan engkau disana.
Berharap bertemu dalam semesta yang sama bernama ruang rindu.

Ketika jemari saling berpelukan.
Dan waktu hanya bisa menatap iri kita yang saling berdekapan.

Rintik hujan yang lari berlomba menuju tanah.
Membasahi keringku, menuntun kepada satu kamu, pelangiku.

Diam yang tertahankan, ketakutan yang menyakitkan.
Akan rasa yang terpenjara. Terborgol rapat dalam dada.

Sesak yang berapi-api dalam wadah berbentuk cemburu.

Jatuh dan sakit yang berkali-kali.
Namun tetap terulang lagi.

Ketika kita bersembunyi di balik iman yang berbeda.
Berharap Tuhan tidak tahu. Atau pura-pura tidak tahu.

Butir air yang tak sanggup mengucapkan kata perpisahan.
Dia hanya bisa mengalir keluar, melewati pipi.

Ketika kita berharap pada kekekalan.
Sementara tak ada yang kekal di dunia ini, termasuk kita sendiri.

Entah, mungkin aku tak pandai mengurai apa itu cinta.
Namun selama aku bisa mencintai dan dicintai.
Itu lebih dari cukup.



Filosofi Balon

Bagai helium dalam ribuan saraf.
Berpencar dalam ruang kosong.
Mengisi aku.

Membumbung tinggi melayang.
Bebas menari menyapa langit.
Menerbangkan aku.

Kita, warna-warni yang memberi senyum pada dunia.

Pegang erat aku dengan ujung jarimu.
Jangan pernah lepas.

Aku tidak mau tersesat di angkasa.
Melayang tanpa tujuan arah.
Sepi sendiri.

Bahkan lebih buruk lagi.

Aku hilang.
Tidak akan pernah kembali padamu lagi.
Dan aku takut itu.



Saturday, August 13

Di Balik Bilik

Saturday, August 13
Dalam kotak berukuran meter kami saling bertatapan.
"Aku ingin bicara," katanya seketika.
Jantungku lalu berdegub.
Ada apa lagi kali ini.

Dan dia mulai merajuk.
Berkedip sekali-dua-kali.
Hingga akhirnya hanya hitam yang tampak.

SIALAN!

Selang beberapa menit kemudian dia menyala.
Terang, seolah semua kembali normal.
"Aku ingin seperti mereka," sahutnya ketus.

Dan seolah skenario yang benar-benar sudah diatur,
Terdengar bunyi krasak-krusuk dari bilik sebelah.
Erangan halus diiringi suara manja.
Serta hembusan napas yang saling beradu.
Bagai keriaan yang tak akan pernah berakhir.
Nikmat meraih surga.

GILA!

"Aku memang pacarmu di kala malam minggu," ucapku berang.
"Tapi kau hanya sebuah layar bermesin! CAMKAN ITU!"
lanjutku sambil melangkah keluar.





ditulis dari bilik nomor lima
bukan berdasar kisah nyata, hanya fiksi belaka



Saturday, July 30

Aku Mencintai Dia, dengan 'd' Kapital

Saturday, July 30
Aku mencintai Dia dengan segala kelebihan-Nya.
Sementara Dia mencintai aku dengan segala kekuranganku.

Aku mencintai Dia dalam keheningan doa bercampur sujud.
Sementara Dia mencintai aku dalam riuh kecamuk pikiranku

Aku mencintai Dia dalam suka.
Meski kadang Dia mencintaiku lewat kado bernama duka.

Aku mencintai Dia lewat air mata.
Meski aku tahu Dia mencintaiku lewat janji tawa bahagia.

Aku mencintai Dia walau kadang melupakan-Nya.
Meskipun Dia mencintaiku dengan setia agar berpaling kembali pada-Nya.

Dan, Maaf.
Aku mencintai Dia jauh lebih besar daripada aku mencintai kamu.





Do's & Dont's

I don't do drugs. I do love you.
For you are my addiction.

I don't do alcohol. I do love you.
For you already fly me high
through your eyes.

I don't do smoke. I do love you.
For you are the deathly toxic in my blood that spread into my heart.







[Blog Review] MOF Cafe : Good Food. Good Place. Enough Said!

Kalo ngerasa capek muter-muter di sepanjang Plaza Indonesia, udah gitu perut ikutan lapar dan bertingkah, tenang aja. Melangkah ke lantai 2 Plaza Indonesia, unit E24, karena ada MOF Cafe disana.


Bisa dibilang MOF Cafe ini tempat yang asik buat nongkrong sambil ngobrol atau ber-laptop-ria karena ada fasilitas Wi-fi di dalamnya. Dan yang paling penting makannya juga enak-enak.






Di MOF Cafe tersedia banyak macam makanan. Mulai dari masakan Jepang hingga masakan Barat.


Kebetulan kemaren sempet cobain beberapa menu di MOF Cafe.
Diantaranya Spicy Chicken Karage, Black Papper Beef, Chocolate Shake dan Ice Macha Whipped Chocolate. Terus cobain Chocolate Sundae sebagai desert-nya.


Chicken Karage-nya enak. Ada irisan kentang goreng tipis-tipis di bawahnya. Rasanya asin-asin enak gitu. Black Papper Beef-nya mantap, pedes-pedes-bikin-ketagihan-gimana-gitu. Udah gitu Chocolate Sundae-nya juara! Patut dicoba!

Chocolate Sundae


Iche Macha Whipped Chocholate


Spicy Chicken Karage


Black Pepper Beef


Soal harga? Gak usah diragukan lagi, cukup terjangkau untuk sekelas tempat-makan-dan-nongkrong-di-Plaza-Indonesia.

Apalagi MOF Cafe lagi ada promo harga: Discount 50% (all food) di hari Senin dan Selasa, Free desert di hari Rabu, Buy 1 Get 1 Desert di hari Kamis dan discount 25% (all food) di hari Jumat, Sabtu dan Minggu.



Jadi tunggu apalagi? Makan enak, nongkrong asik!


Saya udah ngajak temen saya ke MOF Cafe. Sekarang giliran kamu!






Note : Terimakasih, @disdus! Untuk kesempatan mencoba makanan enak di MOF Cafe!




Monday, May 16

Kini dan Nanti

Monday, May 16

Dan aku akan tersadar nanti
bahwa jalan berkelok yang kulalui kini
akan berujung indah nanti.


Kerikil tajam serta kaki yang berdarah kini
akan berpijak di tanah kemenangan nanti.


Mata yang berlinang perih kini
akan menangis bahagia nanti.


Bibir yang terbiasa menahan tangis akibat cercaan kini
akan berlimpah ucapan syukur nanti.


Dada yang sesak menampung lara kini
akan lega menampung berkah nanti.


Dan mereka yang tertawa kini akan menyesal nanti.

Ini bukan tentang dendam apalagi pembalasan.

Pun bukan tentang roda hidup yang berputar.


Hanya tak kenal kah kalian dengan dia yang bernama karma?


Thursday, May 5

Sihir Hujan

Thursday, May 5
Entah sihir apa yang dirapal oleh hujan.
Tiap kali datang, pasti namamu yang pertama kali terpercik dalam rintiknya.

Dan entah mantra apa yang diucap hujan.
Pasti ada rindu yang selalu tertuju padamu, pun dalam tiap rintiknya.

Aku hanya bisa diam membeku dibawah pengaruh sihir hujan.
Larut dalam imagi yang syahdu. Ya, bayangan akan wajahmu.



Monday, April 25

Suatu Pagi di Daerah Mall Taman Anggrek dan Sekitarnya.

Monday, April 25
Pagi dan sepi.
Definisi damai yang sebenarnya.



Apa persamaan matahari dan menara listrik?
Hal yang kita butuhkan di pagi hari, sumber energi.



Melihat dari ketinggian.
Namun tetap berpijak dari kerendahan.




Saturday, April 23

Buku dan Si Burung Pekicau

Saturday, April 23
Siang itu terik sekali. Aku bisa mendengar pembicaraan dua orang wanita yang saling mengobrol melalui telepon genggam itu. Sambil berbicara dia menggerakkan telapak tangan membentuk semacam kipas karena gerah.

Sesekali dia melirik aku.

Dari sini aku bisa mendengarkan pembicaraan mereka.

"Elo emang udah follow dia? Gw barusan di-mention." tanya wanita yang di ujung telepon.

"Yaelah, gw udah di-follow dari sebulan yang lalu!" sahutnya dengan nada penuh bangga.

Aku mulai bingung. Apa yang sebenarnya diperbincangkan kedua wanita ini dari tadi.

Follow? Mention? Retweet? Dan sesekali aku mendengar kata Twitter.


Sudah hampir seharian aku dibiarkan tergeletak di atas meja. Dibiarkan terbuka dengan pembatas persegi panjang di halaman yang masih sama. Tidak berubah dari beberapa minggu yang lalu.


Sudah beberapa bulan ini aku memperhatikan dia. Sementara aku bisa melihat mimik wajahnya berubah-ubah. Mulai dari tertawa terbahak hingga tiba-tiba mengerutkan dahi. Tapi tetap dengan jempol yang menempel di keypad telepon genggam. Mengetik dengan cekatan.

Dan beberapa hari berikutnya aku masih tergeletak di meja. Masih dibiarkan terbuka. Dengan halaman yang sama. Namun kali ini bedanya ada debu yang mulai menempel di tubuhku.

Sepertinya dia sudah lupa padaku. Betapa aku dulu kecintaannya.

Diam-diam aku bergerak menuju meja komputernya. Kutekan tombol untuk menyalakan monitornya. Kulihat halaman situs terakhir apa saja yang dikunjunginya.

Dan benar saja, nama Twitter muncul berbaris.

Ternyata ini yang menyebabkan aku dibiarkan berdebu selama ini. Mainan baru yang mencuri perhatian terhadap aku.

Aku mulai mengarahkan mouse komputer menuju petunjuk 'Buat akun baru'. Dan ya, berhasil! Aku resmi terdaftar di situs jejaring sosial ini.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Matanya langsung menuju ke arah komputer yang menyala.


Apa aku lupa mematikan komputer? Dengan internet dan situs twitter yang masih terpampang di layar? Pikirnya.

Dia bingung melihat kenapa aku tergeletak di depan komputer. Sementara aku pura-pura tak bergerak agar tak ketahuan.

Dia menyentuhku. Sedikit membersihkan debuku. Apa ini pertanda dia akan memberi perhatian kepadaku kembali? Aku berharap cemas.

Hinga, BRAAK! Terdengar bunyi benda jatuh di lantai. Ya, itu aku!

Dia begitu saja melempar aku sementara tangannya langsung beralih ke situs jejaring sosial itu.

Dan benar, rasa penasaran itu menyakitkan. Twitter (hampir) membunuhku.





Cerpen ini dibuat untuk merayakan Hari Buku yang jatuh tepat hari ini.
Sudah berapa banyak buku yang dibaca setelah membuka akun twitter?

Jika buku bisa menangis, dia pasti akan berkata: Kalian berubah :'(

Terinspirasi dari fiksimini saya yang dibuat tadi pagi.

PENASARAN. tidak mau ketinggalan, buku pun membuka akun di twitter. @fiksimini

Sunday, April 17

Cinta yang Berseberangan

Sunday, April 17
Matahari siang ini tampak seperti sedang emosi. Terlihat dari temperaturnya yang sedang naik. Sementara aku mulai melangkahkan kaki keluar dari pintu gerbang sambil sesekali memicingkan mata ke atas. Kecilin sedikit suhunya, PLEASE! batinku dalam hati.

Dan handphone-ku tetiba bergetar. Sebuah pesan singkat masuk.

Aku sudah dijalan. Sampai bertemu nanti.

Entah kenapa bibir ini langsung membentuk lengkungan ke atas. Ya, kebahagiaan itu bisa datang darimana saja. Termasuk pesan yang sangat singkat dari orang tersayang.

Aku sudah sampai di tempat biasa. Cafe es krim dari jaman belanda tak jauh dari Stasiun Kereta Juanda. Dan tanpa ditanya lagi, Mbak Pelayan sudah tahu bahwa aku akan memesan Spaghetti Ice Cream dan Banana Split layaknya beberapa bulan belakangan ini.

Tak sampai sepuluh menit sosok yang ditunggu muncul di hadapanku. "Maaf, macet!" sahutnya sambil cengengesan.

"BASI!" jawabku sambil berpura-pura membuang muka dan cemberut.

"Ih, gitu aja ngambek! Malu kamu sama umur," celotehnya sambil mengunel-unyel rambutku. Aku masih belum memberi reaksi.

"IYA! Aku minta maaf!" lanjutnya. Dan tiba-tiba sebuat kecupan mendarat di keningku.

Aku mulai tertawa cengengesan. "Nah, gitu dong!".

"DASAR, kamu! Alasan aja. Bilang aja minta dicium!" sahutnya sambil mengambil posisi duduk.

Dan hal berikutnya yang kami nikmati adalah es krim dan obrolan absurd penuh tawa.

Jumat siang dan es krim memang sudah menjadi semacam ritual sebelum kami menjalankan ritual yang sesungguhnya. Dan tak terasa matahari sudah tepat berada di atas kepala. Menandakan sebentar lagi waktu akan menunjukkan pukul dua belas.

"Sudah waktunya, ayo pergi!" sahutku sambil menyudahi pembicaraan.

Dan kami pun mengucap kata perpisahan sambil saling membalas lambaian tangan. Mulai melangkahkan kaki ke arah yang berbeda. Berseberangan.

Aku melangkahkan kaki ke sebuah bangunan bergaya gotik tak jauh dari situ. Bangunan berwarna coklat dengan lambang salib di atasnya. Ada ritual kebaktian di jam seperti ini. Persekutuan menghadap kepada Tuhan.

Sementara dia melangkahkan kakinya ke sebuah bangunan bergaya timur tengah dengan kubah megah di atasnya. Dia pun akan menghadap Tuhan-nya dalam ritual Shalat Jumat.

Aku tak ingin lagi berbicara tentang aku dan dia melainkan tentang kami.

Ya, cinta kami satu walau rumah Tuhan kami berseberangan.

Entahlah dimana cinta ini akan berujung. Bahkan semesta pun belum berani menyingkapnya. Yang kami tahu, selama kami masih memuja Tuhan maka selama itu pula kami akan mengagungkan cinta.



Saturday, April 16

Serpihan Imagi

Saturday, April 16
Satu kepalaku namun cukup menyimpan ribuan imaji tentangmu.

Namun deras hujan serta angin kencang datang mebuyarkan pikiran.
Imaji itu hilang berantakan.
Terpencar berserakan.


Laksana serpihan kaca kupungut imaji itu satu-persatu.
Mencoba mengurainya menjadi gambar utuh kembali.
Ya, wajahmu!



Tanpa terasa tangan bersimbah darah. Entah kenapa?
Apa ini yang disebut nestapa?
Akan hati yang tidak bersambut sapa?


Entah sampai kapan luka ini akan menganga.
Selama retina mata masih terjaga.
Selama itu kenangan akan terjaga juga.

Mimpiku hanya satu.
Agar serpihan imaji itu tersusun kembali.
Dan gambar wajahmu muncul menghiasi pikiranku lagi.



Namun ada satu bagian hilang dari imagi itu.
Entah dimana ia terpisah.
Bagian yang paling kurindukan.
Ya, senyummu.



DRIVO JANSEN © 2014