Monday, September 5

[Book Review] Antologi Rasa : How Brave Are You To Reveal Love?

Monday, September 5



"Addiction on your own risk!" -- Peringatan ini harusnya ada di sampul belakang / samping dari buku Antologi Rasa, karangan Ika Natassa ini. Karena percaya atau enggak, ini yang saya (dan mungkin beberapa pembaca lainnya) alami dan rasakan.

Cerita yang diangkat tidak jauh seputar persahabatan dan cinta namun dikemas dengan ciamik. Antara Harris, Keara, Rully dan Denise

Bahasa yang digunakan pun cukup sederhana, tidak terlalu sastra berat atau tidak juga terlalu menye-menye. Juga ada beberapa gabungan frasa dalam bahasa inggris yang juga cukup dimengerti. Dan banyak quotes yang terasa JLEB! . Oh iya, suka banget sama ide judul per chapter-nya. Omong-omong itu bahasa apa, Mbak Ika?

Nama-nama tempat atau kejadian di dalam Antologi Rasa ini juga cukup nyata. Seolah-olah kita ikut merasakan. Seperti F1 Race di Singapore, John Mayer in Concert di Manila dan banyak nama tempat lainnya.

Dan yang paling takjub, penulis sangat cerdas, karena menulis cerita dengan point of view sebagai orang pertama dari masing-masing tokoh. Jadi semacam membaca pikiran yang berasal dari isi kepala Rully, Harris atau Keara. Good Job, Mbak Ika!

Karakter tokoh di buku Antologi Rasa ini pun sungguh menyenangkan.

Harris, gambaran anak muda Jakarta jaman sekarang. Dia punya tampang dan karir, cewek mana yang gak bakalan klepek-klepek sama dia.

Keara, gadis metropolitan yang hobi fotografi, juga ternyata punya sisi malaikat di samping hobi hedon-nya.

Rully, cowok kalem dan sopan, juga terobsesi dengan olahraga. cewek mana yang gak mau punya tipe suami ideal kayak dia.

Atau Denise, wanita soleha yang ditindas secara batin oleh suaminya yang suka berselingkuh.

Empat karakter dengan berbagai intrik mulai dari isu persahabatan sampai cinta dengan satu permasalahan: Mengungkapkan Cinta!

Kadang kita terlalu banyak berpikir soal waktu, tempat atau momen
yang tepat untuk mengungkapkannya. Padahal ada ketakukan di balik itu semua.

Ya, saya selalu percaya bahwa butuh keberanian yang besar untuk mengungkapkan cinta sejati.

Makanya kalau ada yang dengan gampangnya menodong ungkapan cinta, then I believe that is just a piece of, sorry to say, bullshit!

Makanya itu, hal yang bisa kita lakukan cuma menunggu dan berharap. Cinta punya waktunya sendiri.

Ah, kalian lebih baik buruan baca dan ngerasain JLEB! sendiri.



ini salah satu quote favorite saya:

Aku menyembah kamu seperti berhala,
dan menjadi atheis bagi perempuan-perempuan lain.



1 comment:

Kunti Ulima said...

feel the same way. addiction! bukunya bagus! *jempol*

DRIVO JANSEN © 2014