Friday, July 13

Tiba-tiba Kangen Opung!

Friday, July 13
Seberat-beratnya rindu adalah yang sampai mengeluarkan air mata.

Seketika rindu datang menyergap tiba-tiba. Ya, menghunus tepat di jantung jiwa, menguraikan air mata. 

Kalian pernah mengalami  seperti hal di atas? Saya, saat ini. Enggak tahu kenapa tiba-tiba jadi melankolis begini, dan ujung-ujungnya nulis beginian di blog ini.

Tiba-tiba kangen banget sama Opung.

Ini udah lebih enam bulan Opung gak pulang. Entah dia mau nyaingin Bang Toyib apa gimana.

Awalnya Opung ikut berangkat pulang ke Sumatera Utara soalnya ada pesta adat salah satu saudara di sana. Eh tapi ternyata ujungnya ikut nemenin anaknya (Inanguda saya, --adiknya mama), yang ternyata juga lagi lahiran. Jadilah dia lagi asyik ngebantuin jaga cucu barunya sekarang. Lumayanlah, ada mainan baru.

Dan saya ini kangennya udah sampe ke ubun-ubun sama Opung. Biasanya jadwal saya telpon Opung itu tiap hari Jumat malam atau Sabat pagi.

Tapi ada jeda waktu yang agak lama kita gak telponan, sampai akhirnya minggu lalu saya telpon beliau. Begitu diangkat, dia cuma bilang,"Udah lupa lah ya sama Opung, hampir seabad gak pernah telpon lagi! Iyalah udah gak ingat sama Opung!". Dan saya cuma bisa bales, "Opung lah yang udah lama sama aku. Gak pulang-pulang lagi!" Dan kemudian hanya tawa kami yang terdengar sesudahnya.

And that's just priceless.

Hampir setengah jam kami ngobrol. Satu pertanyaannya yang selalu bikin saya sedih tiap kali dia bertanya, "Udah gimana skripsi mu, Amang?!".

Dan sekali lagi, saya cuma bisa ketawa sambil bilang, "Ya Opung doain, lah!". Berusaha membesarkan hatinya. Saya yang sedih padahal, kalau tiap kali Opung bertanya tentang hal itu.

Hari ini harusnya saya sudah wisuda. Kalau saja pembahasan skripsi saya diulang dari awal oleh dosen pembimbing. 

Satu hal yang menghibur dan memberi cukup kelegaan ditengah skripsi saya yang entah-kapan-selesainya ini, adalah ketika saya menceritakan hal itu kepada Opung. Dinasehatin ini-itu.

Tapi justru hal-hal semacam ini yang bikin saya rindu beliau.

Entahlah, tapi saya merasa kuat ketika Opung yang berdiri di samping saya. Dan ketika mengetik kalimat ini, air mata terurai mengalir di pipi saya. Betapa lemah saya sekarang, karena ketidakadaan beliau disamping saya.

Mungkin besok saya akan menelpon beliau. Bertanya bagaimana kabarnya. Sedang apa dia. Apa saja yang sudah dilakukannya sepanjang minggu ini. Mencoba untuk menjaga nada suara saya setenang mungkin, mengisyaratkan bahwa saya baik-baik saja disini sekarang.

Berat memang. Tidak mudah.

Tapi akan terbalaskan walau hanya mendengar suara, tawa dan nasehatnya, walaupun dari jarak jauh, hanya lewat pesawat telepon.

Doa saya malam ini, Tuhan beri umur panjang dan kesehatan sama Opung. Beri saya waktu untuk membahagiakan dia. Amin!



No comments:

DRIVO JANSEN © 2014