Tuesday, July 20

Aku (HARUS) Siap

Tuesday, July 20

Malam ini, langit tak seperti biasanya. Gelap sekali. Tak ada bintang, bahkan bulan pun ragu-ragu untuk menampakkan wajahnya.

Dan tak beberapa menit kemudian, rintik hujan mulai turun. Gemericik air mulai terdengar dari luar jendela kamar.

‘Pantas, dia tampak lain malam ini,’ kataku pada langit.

Dan seketika semuanya tiba-tiba berubah jadi terang. Tanganku berusaha menutupi mataku, saking silaunya.

Aku mencoba meraih apapun yang ada di lemari kecil di sebelah tempat tidurku. Tapi hasilnya nihil.

‘Sinar apa ini?’ pikirku dalam hati.

Dan layaknya putaran jarum jam dalam hitungan detik, sinar itu tiba-tiba lenyap. Dan segalanya menjadi jelas kembali.

‘Aneh sekali,’ pikirku lagi.

Tapi tunggu dulu, ada yang berubah. Jendela kamar tiba-tiba terbuka. Dan aku bisa mendengar suar angin. Seolah berbisik, menyuruhku untuk bangun dari tempat tidur.

Ada sesuatu yang bergerak melambai di dekat jendela. Tertiup angin.

Dan akhirnya aku bangkit dari tempat tidur, menuruti bisikan angin. Menuju benda melambai di atas lemari di bawah jendela.

Sehelai kertas.

Ya, benda itu aku tak tahu dari mana ia berasal. Tiba-tiba dia sudah berada di atas lemari di dekat jendela.

‘Atau apakah mungkin cahaya yang membawanya ke sini?’ pikirku.

Bulu romaku seketika bergidik.

Aku berjalan mendekat menuju kertas itu. Pelan-pelan.
Ternyata selembar surat, bertuliskan tinta merah sewarna darah.
Bulan Pertama.

Ibu,
Aku sudah jadi. Panjangku tidak kurang dari beberapa centi meter saja.
Tapi aku punya semua organ. Semuanya lengkap.
Oh iya, Bu! Aku suka suara ibu, walaupun masih terdengar pelan.
Setiap kali aku mendengarnya, Aku melambaikan lengan dan lututku.

Dan satu lagi, suara detak jantung ibu adalah lagu pengantar tidur kesukaanku.
Bulan Kedua.

Ibu,
Hari ini aku dapat pelajaran baru. Aku bisa menghisap jempolku.
Kalau kau bisa melihatku sekarang, kau pasti akan bilang bahwa aku adalah bayi seutuhnya.
Walaupun aku masih belum cukup kuat bertahan di luar rumahku,
Tapi sangat hangat disini, di dalam rahim Ibu.
Bulan Ketiga.

Tahukah kau, Bu?
Aku ternyata seorang anak laki-laki.
Aku harap itu membuat ibu senang.
Karena aku selalu ingin membuat ibu senang.
Aku pasti menangis kalau melihat ibu menangis.
Walaupun Ibu belum bisa melihat dan mendengar aku.

Bulan Keempat.

Ibu,
Rambutku sudah mulai tumbuh.
Walaupun masih pendek, tapi lihatlah dia bertumbuh.
Aku menghabiskan waktu dengan sering berolahraga disini.
Sekarang aku sudah bisa menggerakkan kepala dan jemariku.
Begitupun dengan lengan dan lututku.
Menyenangkan sekali di dalam sini, Bu!

Bulan Kelima.

Ibu pergi ke dokter ya hari ini?
Ibu, dia berbohong sama ibu.
Dia bilang aku bukan bayi.
Aku BAYI Bu, BAYI!
Aku bisa berpikir dan Merasakannya.
DAN IBU, APA ITU ABORSI?

Bulan Keenam.
Ibu, kenapa aku bisa mendengar suara dokter itu lagi?
AKU BENCI DIA!
Sepertinya dia tidak berperi kemanusiaan
Dan ada apa ini?
Ada sesuatu yang mengganggu rumahku.
TOLONG HENTIKAN DIA, BU!
IBU, TOLONGG!

Bulan Ketujuh.

Ibu,
Aku baik-baik sekarang.
Aku sudah bertemu Penciptaku sekarang. Pencipta kita.
Dia sedang memelukku sekarang. Memegang tanganku erat.
Dia juga menceritakan aku tentang aborsi.
Oh iya, Bu! Aku ada sebuah pertanyaan untuk ibu.
Kenapa ibu tidak menginginkan aku?


Tersentak aku terbangun.

Dan seketika tumpahlah air mataku. Ku usap perut yang sudah semakin membesar.

Membaca surat itu seolah-olah bayi itu sedang berbicara kepadaku.

Anak itu. Anak kami.

Aku melihat pigura disamping meja tempat tidur sambil berusaha menghapus linangan air mataku.

Foto pria itu, yang meninggalkan aku.

‘Bajingan,’ teriakku dalam hati.

Kuusap kembali perutku. Berharap janin di perutku merasakan belaian lembut ibunya. Aku.

‘Tidak, Nak! TIDAK AKAN! Ibu sudah siap. Walau harus begini. Sendiri!’ batinku dalam hati.






dikembangkan dari :@fiksimini RT @drivojansen: Aku tdk sempat melihat ayah dan ibuku. Hny bidan itu yang tahu bagaimana wujudku. Oh iya, dan tempat sampah itu pastinya.





*surat dari si bayi adalah memo dari notes dari facebook saya yang sudah di MODIFIKASI

No comments:

DRIVO JANSEN © 2014