Wednesday, July 7

Bermain Bersama Matahari: Tentang Masalah

Wednesday, July 7
ASTAGA! aku baru sadar, sudah hampir sebulan aku tak bermain dengan matahari.

Lalu ku ikat tali sepatu ku, ku ambil sepedaku. Sepeda yang sama yang kemarin ku pakai juga untuk menemuinya.

Dengan cepat kukayuh sepedaku. Entah energi apa yang tiba-tiba merasuk, tapi sepertinya tangan dan kaki seperti sedang men-singkronisasikan diri.

Aku sampai di puncak bukit, kulihat matahari sudah hampir turun.

Buru-buru aku berlari. Tak kupedulikan sepedaku yang jatuh entah bagaimana.

'Matahariiiiiii.....' teriakku. 'Jangan turun dulu!'.

Dia menoleh. 'Ah, kau rupanya! Kupikir kau sudah lupa padaku'.

Akhirnya aku melihat lagi senyum wajahnya dari dekat. Ya, senyum matahari.

'Tidak mungkin lah aku lupa padamu. TIDAK MUNGKIN!' kataku.

Matahari nampak lega. Dia menahan kembali posisinya agar tidak turun mendekati poros bumi di belahan yang lain. Ternyata dia juga ingin berbicara dengan ku. Mungkin ini namanya rindu.

'Lalu kemana saja kau?' tanyanya.

'Aku disini saja. Tak beranjak kemana-mana!' kataku. 'Oh iya, dan banyak sekali hal yang ingin kuceritakan. BANYAK SEKALI!'.

Matahari mengangguk. 'Mulailah kalau begitu'.

'Tapi sebelumnya aku ingin marah dulu padamu!' kataku sambil melemper batu kerikil kecil ke arahnya.

'Apa-apaan ini? Kenapa kau?' katanya sambil mengelak.

'KENAPA WARNA MU KELAM SEKALI DUA HARI BELAKANGAN INI?' tanyaku murung.

'HAH?' matahari bingung. 'GILA KAU!'.

Sekarang gantian aku yang mengelak, 'MAKSUDMU GILA?'.

'Iya, apa dasarmu mengatakan warnaku kelam dua hari belakangan ini? Jelas-jelas aku melakukan tugasku dengan baik'.

'Aku hampir putus asa dua hari belakangan ini. Hampir gila menunggu keajaiban datang' kataku.

'Berarti itu bukan aku yang kelam. Tapi matahari jiwamu'. sergah nya.

'Maksudmu?' dengan cepat aku membalas.

'Jangan pernah kau putus asa. Hanya orang mati lah yang boleh putus asa. Kau bukan orang mati bukan?' matahari balik bertanya.

Aku menggeleng.

'Lantas kenapa kau putus asa? Cepat menyerah pada masalah?'.

Aku sekarang terdiam. Selalu tak bisa berkata-kata kalau bapak filsuf yang satu ini bicara.

Aku langsung mati kutu.

'Aku hanya kurang sabar pada saat itu' aku balas menjawab.

'Itu dia masalah kalian manusia. Kalian tidak pernah bersabar atas suatu hal. Ingin masalah cepat selesai tanpa berusaha menyelesaikannya. Kalian pikir hidup ini instan? Segala sesuatu indah pada waktunya. Ingat itu!'.

'Lagipula tak mungkin Tuhan mengirimkan masalah diluar kekuatan kalian. TAK MUNGKIN!'.

'Kalaupun Ia memberikan kalian masalah, mungkin karena kalian sudah terlalu jauh berpaling darinya. Dia ingin pandangan kalian kembali pada-Nya. Bukankah itu berarti Dia merindukan kalian sangat?'.

Aku tertunduk. Betapa bodohnya aku saat itu berputus asa.

'Sudah jangan malu. Angkat wajahmu, anak muda! Mana semangatmu?'.

Aku tersenyum kembali.

'Oh iya ada satu hal lagi, mungkin sepertinya aku akan jarang bermain denganmu!' kataku. 'Tapi aku tidak akan melupakanmu. JANJI!' aku buru-buru melanjutkan.

'Ah, kau ini' matahari balas tersenyum.

'Aku ada teman bermain baru' kataku malu-malu.

'Siapa dia?' tanya matahari.

'Bulan?' matahari mulai menebak.

Aku menggeleng.

'Bintang?'.

Aku kembali menggeleng.

'Awan?'.

Aku tetap menggeleng.

'Kuda Nil' jawabku.

Matahari tak bisa menahan tawa. Dia tertawa terbahak.

Akupun ikut tak bisa menahan tawa. Jadilah kami tertawa bersama.

'Hari ini kami mulai bermain bersama. Aku sampai berkeringat tertawa bersama dia. Ada-ada saja tingkahnya yang bikin ku tertwa. Entah logatnya, apalah itu. Yang jelas KAMI TERTAWA, DAN NGAKAK!' kataku mulai menjelaskan.

'Baiklah, selamat bertemu teman bermain baru. TAPI, AWAS KALAU KAU MELUPAKAN AKU!' balas matahari dengan nada mengancam sambil bercanda.

Aku mengangguk. 'AKU TIDAK AKAN MELUPAKAN MU, MATAHARI! TI-DAK A-KAN! '.

'Oh iya, satu hal lagi. Teman baru ku untuk bermain ini sedang berulang tahun. Maukah kau mengucapkan selamat ulang tahun?' tanyaku.

'Baiklah. Selamat ulang tahun kau, Kuda Nil! Yang terbaik dalam hidup jadi bagian mu! Selamat bermain dengan Drivo! Sekali-kali bermain lah dengan aku!' ucap matahari.

Aku dan matahari kembali tertawa bersama.

Dan akhirnya kami pun melakukan hal yang sudah lama tak kami lakukan. Saling ber-hi-five dari jarak jauh.


5 comments:

iphud said...

menyentuh banget nich salam kenal yah ... visit me yah Paimen ngenet gratis

Sarah said...

I m totally ur biggest fan. Kirim salam buat sang kuda nil ya. Hihihi

Drivo Jansen said...

iphud: salam kenal juga :) thanks udah blog-walking :) nanti saya pun pasti akan mampir ke halaman rumah sampean :)

Drivo Jansen said...

sarah: im your biggest fan too :) siaaap nanti kita akan bertemu si kuda nil :)

Akugitche said...

keren banget..suka..sukaa..suka banget ama crita ini..

DRIVO JANSEN © 2014