Friday, June 25

Cerita Jumat

Friday, June 25

Baru memejamkan mata empat jam. Matahari cepat sekali kau datang. Sebegitu rindunya kah kau padaku?
Ya Aku tahu, lama kita tak bermain bersama!
Indah sekali pagi ini, bukan? Bersisakan rintik hujan semalam, matahari pun enggan keluar. Awan kelabu, angin dingin merasuk kalbu!
Tapi pemandangan yang lebih indah lagi adalah ketika orang masih lelap beralaskan kasur, Aku harus mengalahkan rasa malas sambil berangsur!
'Kantong mata, tolong jadi anak baik hari ini' kataku pada diri sendiri.
Dan seketika aroma kopi susu di meja seperti sedang berusaha memanggil aku. 'Ayo, cepat nikmati aku!' godanya.
Aku pun tergoda. Kuseruput kopi susu itu. Nikmat memang dia. Rasa pahitnya membangunkan aku, sementara si rasa manis memberi semangat.
Kupasang alat pemutar musik. Kubiarkan Simphoni 18 gubahan Chopin menemaniku pagi ini. Alunan piano klasik mampu membawa rohku melayang.
'Ini baru surga dunia' pikirku. Hanya aku, aku dan aku. Menyelami kesendirian, merenungi hidup, membiarkan ruang pikiran dipenuhi semesta!
Tapi ternyata nikmatnya pagi itu terusik oleh sesuatu.
Mataku terbelalak melihat tajuk berita koran pagi: 'Ditemukan Jumat Sekarat!'.
'Jumat, ditemukan terbunuh pagi ini di kediamannya Perumahan Kalender. Penyebab dan pelaku pembuhan belum diketahui'. Aku tersentak kaget.
Kulihat gambar sesosok mayat di dalam koran ibukota itu. Darah dimana-mana. Tusukan berkali-kali di daerah dada. Berantakan dan suram!
Kalau melihat dari gambar sepertinya pelaku lebih dari satu orang. Terlihat, Jumat seperti habis dikeroyok.
Sejuta pertanyaan muncul!
Siapa yang tega melakukan ini? Apa motif dibalik pembunuhan ini? Bagaimana dia dibunuh? Sejuta pertanyaan melayang di kepala!
Hari berganti hari. Ini sudah memasuki bulan kedua. Dan kasus pembunuhan Jumat masih misteri. Titik terang belum tampak.
Aku cukup terpukul dengan kejadian ini. Ya, walaupun hubungan kami tidak intens. Tapi aku kenal sosok Jumat. Dia sangat menyenangkan.
Tiba-tiba muncul kabar cepat di TV. Kabar tentang kasus pembunuhan Jumat.
Pembunuh Jumat sudah ditangkap oleh pihak berwajib. Dugaan ku tepat. Pelakunya lebih dari satu orang. Cenderung banyak malah.
Ternyata pelaku adalah teman dekat Jumat sendiri. Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu dan Minggu. YA, merekalah yang membunuh Jumat!
Ketika ditanya apa penyebabnya, dengan santainya mereka jawab: 'Karena kami CEMBURU!'.
Aku heran. 'Apa isi otak mereka ini? Apa yang harus di cemburui pada Jumat? Dia tidak kaya harta. Tapi hati, iya!' pikirku.
'Apa yang kalian cemburu pada Jumat? Membuat kalian begitu benci padanya sehingga membunuhnya?' tanya penyidik kepada para tersangka.
'Awalnya kami bersahabat! Semuanya berjalan harmonis sampai suatu titik dimana semua orang senang pada Jumat!' jawab Kamis memulai cerita.
'Maksudmu?' tanya penyidik bingung. 'Kalian tak usah berpura-pura bingung. Kalian pikir kami bodoh? buta, tak melihat?' jawab Rabu.
'Membaca status "Terimakasih Tuhan, ini Jumat" atau "Hore, sekarang Jumat" sementara kami tak pernah diperlakukan seperti itu?' lanjutnya.
'Apalagi aku. Padahal aku tidak tahu apa salahku, tapi semua orang membenci aku. Ya, KALIAN SEMUA!' Senin ikut ketus.
Penyidik jadi semakin bingung. Sekarang dia yang dikeroyok oleh ungkapan curahan hati teman-teman Jumat. 'Ada benarnya juga' pikirnya.
Aku pun bingung. Alasan mereka benar juga. Aku merasa tertampar, mengingat update-an ku tadi pagi. Aku merasa turut andil membunuh Jumat.
'Baiklah mulai sekarang aku tidak akan membeda-bedakan mereka lagi! Bukankah semua sama? TERGANTUNG CARA KITA MENGHADAPINYA SAJA!' pikirku.
DRIVO JANSEN © 2014