Friday, June 4

Bermain Bersama Matahari: Tentang Dia. Tentang Mereka.

Friday, June 4
31 Mei, 11:28 Malam.

'Kenapa kau murung?' tanya matahari tiba-tiba.

Aku terperanjat kaget. Bukankah sekarang sudah jam jaganya bulan? 'Aku tidak apa-apa' kataku.

'Jangan kau mengecoh aku' balas matahari itu tersenyum.

'Aku sudah tahu hal itu'. Lalu aku yang memicingkan mata sekarang,'Hal apa?'.

'Apakah perlu kujelaskan hal itu disini?' balasnya memancing.

'Oh, tidak usah. Jangan.. Jangan!' ucapku memohon, menggerakan telapak tangan.

'Apakah kau pernah mengalami hal itu? Melihat hujan bersama yg lain?' tanyaku.

Tanpa sadar, kepalaku mulai menunduk. Tak sanggup menengadah.Mungkin matahari mulai iba. Dia menepuk-nepuk punggungku. 'Tak usah bersedih. Berarti sekarang bukan waktu yang tepat untuk bersama dia!'.

'Berdoa saja semoga waktu akan berbalik mendukung engkau' matahari memberi nasihat.'Oh iya, satu lagi. Kau tulis kau juga turut berbahagia atas mereka. Benar begitu?' matahari bertanya.

Aku ragu menjawab. Menggangguk, lalu menggeleng. Pertama kujawab, 'Ya'. Lalu,'Tidak'. Dan berakhir dengan jawaban,'TIDAK TAHU!'.

'Jangan kau bohongi dirimu. Tak baik untuk pertumbuhan hatimu. Jangan bilang kau bahagia, kalau sebenarnya tidak!'. Aku tersentak kaget.

Kata-katanya sangat dalam. 'Lalu apa yang bisa kulakukan!' aku memberanikan diri untuk bertanya.

'Serahkan pada waktu. Biar waktu yang menjawab! Kalau memang milikmu, dia tak akan pergi jauh!' jawab matahari.

Dan kubalas lagi,'Lalu apa yang harus kulakukan selagi menunggu waktu?'.

'Tingkatkan nilai dirimu. Siapa tau kau bertemu dia-dia yg lain diluar sana! Kita tak pernah tahu!' jawab matahari.

Aku menggangguk, 'Terimakasih matahari, kali ini mengajarkanku untuk menunggu waktu. Sambil menunggu dia!'.

Dan entah matahari sudah memberi kode atau apa, hujan tiba-tiba muncul menghibur. Dia tau saja, hatiku sedang kering. Perlu dibasahi.

Dan sama dengan matahari yang memberi sinyal pada hujan, seperti itu juga hati ini memberi sinyal pada mata untuk jangan terlelap dulu.

'Mata, ayo tidur. Cukup hati aja yang sok (sok) (di) kuat (in)' kataku dalam hati.

Terimakasih, Matahari.
DRIVO JANSEN © 2014