Tuesday, June 22

Dialog: Aku dan Perut

Tuesday, June 22


Dialog I

Aku : Kejam sekali kau,perut!

Perut : Kenapa memangnya?

Aku : Lihat apa yang kau lakukan pada bocah tua itu?

Perut : Bocah mana? Tidak kau lihat uban di kepalanya dan kerutan di dahinya?

Aku : Usianya memang tua, tapi lihat kelakuannya? BOCAH.

Perut : Tapi kenapa aku yang disalahkan? Enak saja kau. Lagipula apa yang dilakukannya?

Aku : APA? Kau pura-pura tahu atau tidak mau tahu? Lihat ibu muda itu. Dia berteriak. Meronta. Dompetnya hilang.

Perut : Lalu kenapa aku yang kau salahkan? Itu urusannya. Derita dia.

Aku : APA? Dasar bedebah kau. Itu semua karena kau. Coba perutmu tak banyak meminta, tak akan bocah tua itu mencuri.

Perut : Tapi aku hanya meminta bagian ku. Tak banyak, tak lebih.

Aku : Tapi gara-gara permintaanmu yang tak banyak dan tak lebih itu, dia tak lagi memakai otaknya. KAU SUDAH MENGUASAI DIA, BAHKAN HATINYA.


Dialog II

Aku : sedang apa kau?

Perut : menikmati hidup

Aku : HAH? Tapi matamu sepertinya berkata tidak. Rona wajahmu seperti menggambarkan aura kelabu.

Perut : Baiklah, iya benar. Aku sedang MENCOBA menikmati hidup.

Aku : memang bisa?

Perut : (Mengangguk). Apakah kau tidak tahu kalau letakku dan hati dekat? Jadi kami udah saling melobi. Kalau hati sedang merana, akan kudatangi dia lalu kuhibur. Begitupun kalau aku sedih, pasti hati ikut sedih!

Aku : Ah, kalian pasangan teman yang aneh.

Perut : iya, aneh tapi nyata.

Aku : Lalu apakah dengan mengisi perut, maka kau akan bisa bahagia?

Perut : PASTI. Ketika aku senang, sinyal itu langsung kuteruskan kepada bibir agar dia tersenyum. Berhasil bukan?

Aku : Lalu bagaimana dengan otak?

Perut : Oh iya! (sambil menempelkan tangan ke dahi). Jaraknya agak jauh, aku kadang lupa mengirimkan sinyal kepadanya.

Aku : OH PANTAS!


PERINGATAN:
KUASAI PERUTMU, SEBELUM IA MENGUASAI HATI DAN OTAKMU!
DRIVO JANSEN © 2014